Bukan menuliskan sekadarnya, melainkan menulis pemikiran dan perasaan yang paling dalam. Sesuatu yang selama ini Anda pendam jauh di dalam benak, diberikan saluran keluar dengan cara menuliskannya.
Menulis ekspresif adalah menuliskan perasaan dan pikiran yang sedalam-dalamnya dan ditumpahkan sepenuh-penuhnya, jangan ada lagi yang tertinggal.
Ekspresikan semua unek-unek yang selama ini masih tersimpan, keluarkan semuanya hingga tuntas.
Untuk tujuan penyembuhan, gangguan pikiran negatiflah yang perlu diberikan penyaluran. Oleh karena itu, berikan kesempatan kepada diri sendiri untuk mengekspresikan berbagai unek-unek yang berkecamuk agar mengalir keluar dengan mudah.
Ahli psikologi sosial, Pennebeker, penemu teori ini, sangat menganjurkan cara ini untuk dilakukan oleh mereka yang tengah dilanda stres karena berbagai persoalan. Bersamaan dengan itu, upaya mengatasi masalah tetap harus dilakukan.Â
Pennebeker berteori bahwa keputusan untuk merahasiakan pemikiran, emosi, dan perilaku yang sangat kuat dapat menjadi pemicu stres.
Dalam jangka panjang, ketika individu mengalami stres kecil sekalipun, fungsi imun dan kesehatan fisik akan terpengaruh oleh tumpukan stres yang terpendam tersebut. Bermula dari pemikiran itulah akhirnya teori menulis ekspresif lahir.
Menulis dengan Tangan
Dalam mengeluarkan unek-unek yang ada di dalam batin Anda, maka siapkan pulpen dengan kertas secukupnya. Lalu, tuliskan semua perasaan yang Anda pendam selama ini.
Jangan mengganti cara menulis dengan menggunakan komputer atau gadget Anda karena hasilnya tidak akan maksimal. Gunakan tangan Anda sendiri untuk menuliskannya.