Pembaca tentu pernah mendengar istilah lobi, juga pernah mendengar istilah negosiasi. Kedua istilah itu sejatinya memiliki substansi yang sama.
Keduanya mengacu pada kegiatan berkomunikasi dengan orang lain atau sekelompok orang yang dimaksudkan untuk memengaruhi agar tercapai kesepakatan bersama.
Kepiawaian berkomunikasi adalah persyaratan dasar yang harus dimiliki oleh seorang pelobi maupun negosiator.
Kemampuan berkomunikasi yang baik menjadi andalan dalam melakukan tugas ini. Tanpa penguasaan komunikasi yang efektif, mustahil upaya lobi dan negosiasi bisa berjalan dengan lancar dan sukses. Hanya kegagalan yang akan terjadi pada akhirnya.
Bersifat Nonformal
Seperti dipaparkan di atas, kedua istilah ini mengacu pada kegiatan memengaruhi orang, upaya melakukan bargaining agar berhasil dalam usaha dan lainnya.
Berbeda dengan negosiasi, lobi merupakan kegiatan yang bersifat nonformal, tidak resmi. Maksudnya, kegiatan melobi dilakukan di luar sidang atau rapat yang dilakukan secara formal. Dilakukannya tidak lagi harus di kantor, melainkan di tempat lain yang disepakati.
Tempat lain? Ya, benar. Lobi bisa dilakukan di rumah, di restoran, di lapangan golf, di atas kapal, dan lainnya.
Lobi tidak beda dengan upaya ngobrol santai tetapi di dalamnya ada upaya untuk mendekati dan memengaruhi orang yang dilobi.
Hal-hal yang Ringan
Bagaimana jurus lobi diterapkan? Pelobi yang berpengalaman biasanya tidak langsung ke pokok soal, melainkan diawali dengan membicarakan hal-hal yang ringan. Tidak to the point!
Misalnya, terlebih dahulu berbicara tentang karier, tentang keluarga, pendidikan anak, dan lainnya. Setelah itu, barulah mulai menyinggung topik yang menjadi inti pembicaraan. Jadi, tidak ujug-ujug ke topik. Foreplay-nya mesti cukup, he he he.
Negosiasi yang Bersifat Formal
Berbeda dengan lobi yang bersifat nonformal, negosiasi jutru berada dalam tataran formal atau resmi. Hasil lobi demi lobi yang dilakukan dibawa ke acara resmi.
Karena bersifat formal, maka pada umumnya diselenggarakan di tempat resmi dan diacarakan secara resmi juga. Â
Misalnya, negosiasi diselenggarakan di dalam sebuah rapat yang dihadiri unsur pemimpin perusahaan atau pemimpin pemerintahan. Dan, jika dipandang perlu, didampingi oleh tim nogiator masing-masing pihak.
Negosiasi dilakukan di dalam acara rapat atau sidang yang resmi dan biasanya bersifat protokoler. Jika tercapai kata sepakat, akan dilanjutkan dengan penandatanganan MoUÂ (Memorandum of Understanding) yang berisi hal-hal yang disepakati kedua belah pihak.
Lobi Dulu, Negosiasi Kemudian.
Satu aspek lagi yang membedakan lobi dengan negosiasi adalah, pada umumnya lobi dilakukan sebelum negosiasi. Jadi, lobi mendahului negosiasi. Lobi dulu, negosiasi kemudian.
Dengan kata lain, upaya pendekatan dengan jurus lobbying ini dilakukan agar ketika digelar negosiasi tidak terjadi persoalan lagi, terutama yang bersifat prinsip.
Negosiasi boleh dikatakan sifatnya lebih seremonial karena segala sesuatunya sudah diselesaikan saat lobi-lobi yang dilakukan sebelumnya.
Baik dalam kegiatan lobi mupun negosiasi, pada umumnya para pihak mengajak tim yang akan memberikan referensi yang baik tentang topik yang akan dibicarakan.
Ia bisa seorang ahli di bidang tertentu semacam konsultan. Atau, seorang yang memiliki kemampuan memengaruhi yang baik. Pastilah ia adalah seorang komunikator yang efektif.
Keuntungan Kedua Belah Pihak
Baik lobi maupun negosiasi mesti bisa memastikan hubungan timbal-balik antarpihak. Lobi dan negosiasi akan dipandang berhasil apabila dapat menguntungkan kedua belah pihak.
Bahkan, banyak terjadi, keberhasilan dalam kesepakatan pertama ini, apabila bisa dijalankan dengan baik, bisa jadi akan berlanjut dengan kesepakatan-kesepatan berikutnya.
Terdapat rasa saling memercayai satu sama lain. Semuanya bermuara pada keuntungan dan keberhasilan kedua belah pihak.
Dalam dunia bisnis, upaya lobi dan negosiasi merupakan hal yang biasa dilakukan. Pendekatan awal dengan jurus lobbying dilakukan sebelum kemudian diteruskan dengan negosiasi yang mengarah pada kesepakatan bersama (MoU).
Di dalam kegiatan berpolitik praktis juga demikian. Untuk meng-goal-kan seseorang menjadi pejabat di lembaga eksekutif dan dan wakil rakyat di lembaga legislatif, kegiatan lobi dan negosiasi tidak bisa diabaikan.
Itulah sepintas tentang perbedaan lobi dan negosiasi serta penerapannya di dunia bisnis dan politik. Keberhasilannya sangat tergantung pada kemampuan komunikasi.Â
Sttt, lihat ke sebelah. Jangan-jangan Anda sedang 'dilobi' oleh anak Anda untuk dibelikan sepatu idamannya.
(Â I Ketut Suweca, 20 Juni 2021).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H