Bagaimana jurus lobi diterapkan? Pelobi yang berpengalaman biasanya tidak langsung ke pokok soal, melainkan diawali dengan membicarakan hal-hal yang ringan. Tidak to the point!
Misalnya, terlebih dahulu berbicara tentang karier, tentang keluarga, pendidikan anak, dan lainnya. Setelah itu, barulah mulai menyinggung topik yang menjadi inti pembicaraan. Jadi, tidak ujug-ujug ke topik. Foreplay-nya mesti cukup, he he he.
Negosiasi yang Bersifat Formal
Berbeda dengan lobi yang bersifat nonformal, negosiasi jutru berada dalam tataran formal atau resmi. Hasil lobi demi lobi yang dilakukan dibawa ke acara resmi.
Karena bersifat formal, maka pada umumnya diselenggarakan di tempat resmi dan diacarakan secara resmi juga. Â
Misalnya, negosiasi diselenggarakan di dalam sebuah rapat yang dihadiri unsur pemimpin perusahaan atau pemimpin pemerintahan. Dan, jika dipandang perlu, didampingi oleh tim nogiator masing-masing pihak.
Negosiasi dilakukan di dalam acara rapat atau sidang yang resmi dan biasanya bersifat protokoler. Jika tercapai kata sepakat, akan dilanjutkan dengan penandatanganan MoUÂ (Memorandum of Understanding) yang berisi hal-hal yang disepakati kedua belah pihak.
Lobi Dulu, Negosiasi Kemudian.
Satu aspek lagi yang membedakan lobi dengan negosiasi adalah, pada umumnya lobi dilakukan sebelum negosiasi. Jadi, lobi mendahului negosiasi. Lobi dulu, negosiasi kemudian.
Dengan kata lain, upaya pendekatan dengan jurus lobbying ini dilakukan agar ketika digelar negosiasi tidak terjadi persoalan lagi, terutama yang bersifat prinsip.
Negosiasi boleh dikatakan sifatnya lebih seremonial karena segala sesuatunya sudah diselesaikan saat lobi-lobi yang dilakukan sebelumnya.