Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Berkompasiana Itu Menyenangkan, Inilah 7 Alasannya!

18 Juni 2021   18:24 Diperbarui: 19 Juni 2021   04:02 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sudah relatif lama berkompasiana. Kompasiana.com menjadi platform favorit dan saya terus menulis di sini bersama para sahabat kompasianer lainnya. Sungguh saya merasa senang terlibat atau melibatkan diri di kompasiana.

Mengapa berkompasiana itu menyenangkan? Tentu sahabat-sahabat akan menjawabnya sesuai dengan pandangan sendiri. Bagi saya, berkompasiana itu menyenangkan karena beberapa alasan sebagai berikut.

Pertama, memberikan kesempatan berbagi kepada orang lain.

Bukankah hidup yang sebaik-baiknya adalah hidup yang bermanfaat bagi orang lain? Itulah mengapa kehadiran di kompasiana bisa kita jadikan kesempatan untuk berbagi kepada pembaca.

Berbagi apa? Ya, salah satunya adalah berbagi pengetahuan, sekecil apapun itu. Berbagi pengetahuan kepada orang lain, bukan berarti kita lebih berpengetahuan, lebih hebat. Bukan! Motivasi dan ketulusan berbagilah yang terpenting.

Setiap orang, saya pikir, memiliki kelebihan di bidang tertentu yang belum tentu dimiliki oleh orang lain. Nah, kalau demikian mengapa kita tidak membagikan apa yang kita miliki itu? Demikian pula yang dilakukan oleh orang lain. Jadi, akan terjadi adat saling berbagi kebaikan.

Berbagi pengetahuan, termasuk pengalaman hidup, tidak akan mempermiskin kita. Kalau demikian, mari kita terus berbagi demi kebaikan bersama. Terpujilah mereka yang bersedia berbagi kebaikan dengan tulus dan dengan hati senang.

Kedua, melepaskan unek-unek.

Pembaca pasti sudah mengetahui bahwa penyakit itu berasal bukan hanya dari perilaku atau makanan yang kita santap sehari-hari. Penyakit juga bisa tumbuh dari pikiran yang terlalu terbebani.

Menulis adalah salah satu jalan pembebasan dari beban pikiran. Oleh karena itulah, dunia psikologi menganjurkan untuk menuliskan apa-apa yang membebani pikiran agar pikiran menjadi plong, ringan.

Nah, untuk mengurangi beban pikiran, termasuk di dalamnya berbagai unek-unek yang tersimpan, kita bisa menuliskannya di kompasiana.

Tapi, bagaimana jika semua itu sifatnya rahasia? Tentu saja kita bisa menyiasatinya, misalnya dengan menuangkannya ke dalam bentuk puisi, cerpen, dan tulisan fiksi lainnya. Jenis tulisan fiksi bisa merupakan gabungan fakta dan imajinasi penulisnya.

Ketiga, menunda kepikunan.

Salah seorang sahabat senior kita di kompasiana, Bapak Tjiptadinata Effendi, pernah menulis bahwa beliau terus-menerus menulis untuk menunda kepikunan. Dan, benar sekali, beliau dan Bunda Roselina, berhasil melakukannya hingga kini.

Semakin bertambah usia kemungkinan pikun itu semakin dekat. Ada banyak realita yang membenarkan hal itu. Nah, untuk mencegah atau menunda kepikunan tersebut, menulis merupakan salah satu solusinya.

Dengan menulis, kita membawa pikiran tetap aktif. Otak yang aktif cenderung lebih sehat. Berbeda halnya kalau dibiarkan beku, tanpa digunakan. Lihatlah seonggok mobil tua yang tidak dipakai. Apakah mobil tersebut akan semakin baik kondisinya hanya dengan memarkirnya di garase? Tentu saja tidak.

Itulah alasan mengapa orang memilih tetap mengaktifkan pikirannya. Dengan terus-menerus menulis seperti yang kita lakukan di sini, berarti kita membuat pikiran tetap aktif dan terarah.

Keempat, sarana menyalurkan passion.

Tersila kita masing-masing, apakah menulis itu termasuk hobi atau passion. Yang terpenting, kita bisa menyalurkannya dengan baik di kompasiana.

Kalau kita merasa passion kita menulis, lalu mendapatkan wadah yang tepat seperti kompasiana, tentu menyenangkan, bukan? Seperti pisau bertemu batu pengasahnya. Seperti panci bertemu tutupnya.

Dengan menyalurkan hobi atau passion itu, peluang untuk menjadikannya profesi akan kian menguat. Istilahnya, berawal dari hobi akhirnya menjadi profesi. Apalagi dilengkapi dengan passion yang kuat di dalamnya.

Kelima, mengisi waktu dengan baik.

Ini bukan sekadar persoalan mengisi waktu luang. Artinya, kalau ada waktu luang ya menulis, jika tidak, ya tak usah menulis.

Saya pikir, memang kita mesti mengusahakan waktu secara teratur untuk menulis kalau menulis adalah panggilan jiwa kita. Tidak sekadar mengisi waktu luang.

Jika kita bisa mengalokasikan waktu sedemikian rupa secara berkesinambungan, saya yakin akan banyak tulisan yang bisa kita hasilkan. Kita akan lebih produktif.

Memang diperlukan kedisiplinan dan manajemen waktu yang baik untuk merealisasikannya. Dengan demikian, waktu yang tersedia dapat kita manfaatkan dengan baik, tidak terbuang percuma.

Keenam, mendapatkan penghasilan.

Ada orang yang menggantungkan hidupnya dari menulis. Ia menjadi penulis profesional. Ada juga yang memilih pekerjaan menulis sebagai kegiatan tambahan. Ia berangkat dari dorongan hati untuk menulis dan menulis.

Yang manapun kita lakoni, keduanya berpeluang mendapatkan penghasilan. Ketika dulu saya menulis di koran, saya mendapatkan penghasilan di luar pendapatan dari tugas utama saya.

Demikian juga halnya di kompasiana. Mereka yang rajin menulis berpeluang mendapatkan income yang lumayan. Program K-Reward kompasiana dan berbagai kompetisi yang digelar kompasiana sangat memungkinkan untuk menambah penghasilan. kendati jumlah mungkin tidak besar.

Bagi sebagian penulis, penghargaan itu sangat benar nilainya kendati nominal uangnya relatif kecil. Nilai penghargaan yang diberikan tidak melulu diukur dengan uang.

Dan, itulah sebabnya, para penulis berusaha menulis dengan sebaik-baiknya. Mereka tidak selalu menulis demi uang, melainkan juga demi motivasi lainnya, termasuk penghargaan yang diperolehnya.

Ketujuh, berlatih menulis.

Pertanyaannya, apakah kita merasa kemampuan menulis kita masih harus ditingkatkan? Jika, ya, maka kompasiana adalah tempat yang tepat untuk mengasah kemampuan berbahasa tulis melalui berbagai ragam karya.

Jika kita berkomitmen untuk senantiasa menulis di sini, saya yakin, kita akan mendapatkan kemajuan dalam keterampilan menulis. Menulis itu praktik. Menulis itu action.

Jadi, dengan menulis dan menulis, kemampuan kita dalam  menuangkan gagasan akan semakin baik.

Sahabat kita, Pak Katedrarajawen, mengakui hal ini. Beliau membuktikan betapa dengan terus-menerus menulis, seseorang bisa mengasah kemampuannya. Learning by doing, demikianlah kurang-lebih prinsip beliau.

Bahkan, Pak Katedra --begitu saya memanggil beliau, mengaku merasa malu melihat tulisannya di awal-awal bergabung di kompasiana. Tetapi, lihatlah kini, tulisan beliau hadir dengan kualitas yang terpuji. Bahkan, pernah mendapat penghargaan (award) dari kompasiana.

Itulah alasan mengapa saya, dan mungkin kita, merasa senang menulis di kompasiana. Ada banyak manfaat yang bisa kita petik. Oleh karena itu, yuk kita teruskan menulis di sini.

( I Ketut Suweca, 18 Juni 2021).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun