Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pancasila, Dulu, Kini, dan Nanti

1 Juni 2021   15:20 Diperbarui: 1 Juni 2021   17:26 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara tentang Pancasila adalah berbicara tentang way of life (pandangan hidup) sebagai bangsa, berbicara tentang dasar negara, berbicara tentang sumber dari segala sumber hukum di negeri yang bernama Indonesia, dan berbicara tentang tujuan yang ingin diraih sebagai sebuah bangsa.

Pancasila, Asal-Usulnya

Apa yang sudah kita pahami tentang Pancasila? Mungkin kita pernah belajar tentang kelahiran Pancasila yang ditetapkan oleh Pemerintah dan diperingati pada 1 Juni setiap tahunnya.

Mungkin kita akan teringat bagaimana Pancasila pada awalnya dirumuskan kemudian diadakan penyesuaian agar relevan dengan kebutuhan bangsa yang pluralis.

Seperti yang kita pelajari di bangku sekolah atau di bangku kuliah, Pancasila itu sejatinya merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang ada pada bangsa ini.

Para founding fathers-lah kemudian meringkas nilai-nilai itu menjadi lima sila di dalam Pancasila.

Kelima sila itu sudah mencakup berbagai aspek dari kehidupan. Ia bisa menjadi pandangan hidup, pedoman hidup. Ia bisa juga dijadikan sebuah tujuan ideal yang dicita-citakan bersama oleh seluruh warga bangsa.

Pancasila tidak diadopsi secara khusus dari nilai-nilai asing, melainkan nilai-nilai luhur yang tumbuh dan berkembang di negeri tercinta ini, sejak zaman dulu.

Jadi, nilai-nilai Pancasila sejatinya bukan barang baru bagi kita. Mengapa? Karena, Pancasila lahir dari bumi pertiwi Indonesia. Tercipta dari puncak-puncak kebijaksanaan bangsa Indonesia.

Kalau ada organisasi yang menolak Pancasila sebagai dasar organisasinya, tentu menjadi hal yang aneh.

Mungkin karena kekurangmengertian mereka tentang Pancasila atau organisasi tersebut sudah terkooptasi oleh nilai lain yang dijunjungnya yang berbeda dengan Pancasila. Pantaskah organisasi semacam itu hidup di Indonesia?

Jadi, Pancasila adalah nilai yang sudah ada sejak dulu ada dan berkembang terus dalam tataran implementatif. Nilai Pancasila akan selalu menjadi nilai ideal yang juga implementatif, nilai yang (seharusnya) dipedomani oleh seluruh bangsa Indonesia.

Pancasila, Kini

Pertanyaannya, bagaimana dengan Pendidikan Pancasila saat ini? Adakah panduan yang pasti dan jelas bagi generasi masa kini? Di bangku sekolah dan di bangku kuliah, seperti apa?

Di bangku sekolah tentu ada pelajaran PPKN atau Pendidikan Kewarganegaraan.  Di bangku kuliah ada juga mata kuliah Pendidikan Pancasila, sebagai perkuliahan yang wajib diberikan sebagaimana juga mata kuliah Pendidikan Agama.

Tidak ada lagi yang namanya Penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) seperti dulu. Saya adalah generasi P4.

Jadi, saya pernah mengikuti penataran P4. Saya pernah mempelajari butir-butir Pancasila hingga rinciannya, berikut contoh dalam pelaksanaannya.

Mengingat hal itu, saya berpendapat program P4 itu pada dasarnya baik. Mereka yang mengikuti penataran P4 saat itu akan memahami apa saja butir-butir nilai Pancasila. Mereka memiliki pegangan yang jelas dan pasti apa saja nilai-nilai dimaksud.

Nah, dengan memahami nilai-nilai tersebut, maka akan lebih mudah menghayatinya. Bagaimana menghayati sebuah nilai tanpa memahaminya?

Dengan demikian, pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila mutlak penting. Pemahaman ini akan menjadi modal dalam tahapan berikutnya.

Memahami nilai-nilai saja tidak cukup. Sekadar menghafal di luar kepala butir-butir nilai Pancasila tentu saja jauh dari cukup, tapi pemahaman ini tetap saja mutlak perlu. Setelah suatu nilai dipahami, mesti dilanjutkan ke tahapan berikutnya, yaitu penghayatan.

Penghayatan berarti menginternalisasi nilai-nilai ke dalam diri yang kemudian akan mewujud menjadi cara pandang dan sikap hidup.

Penghayatan berarti menyatukan nilai itu ke dalam diri yang kemudian menjadi sikap hidup. Sikap hidup dicerminkan cara kita memandang segala sesuatu di luar diri kita.

Selanjutnya adalah pengamalan. Pertanyaannya, sudahkah kita mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila selama ini?

Bentuk real-nya, misalnya, membantu mereka yang pantas dibantu, saling menghargai dan menghormati perbedaan latar belakang. Berusaha berlaku adil, tanpa diskrimasi.

Pengamalan adalah aspek terakhir yang membuat suatu nilai bisa tertanam kuat dalam diri seseorang. Jika sekadar menghafalkan, apa yang dihafalkan tidak lama lagi akan hilang.

Kalau hanya menghayati, pencapaiannya masih belum total. Akan tetapi, jika sudah sampai di tingkat pengamalan dalam kehidupan sehari-hari, maka nilai-nilai itu akan lestari.

Demikian juga dengan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila. Tanpa pengamalan, nilai Pancasila bisa saja terkikis dari dalam diri. Oleh karena itu, pengamalan menjadi hal yang mutlak diperlukan.

Kalau aspek pengamalannya masih belum dilaksanakan dengan baik saat ini, inilah yang menjadi pekerjaan rumah bangsa ini.

Berbagai upaya seyogianya diarahkan ke tingkat pengamalan, di samping tetap memperhatikan aspek pemahaman dan penghayatan nilai-nilai Pancasila.

Jika tidak sampai di pengamalan, maka akan terjadi banyak kasus yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.

Misalnya, terjadi tindak pidana korupsi, sikap dan perilaku diskriminatif, ujaran kebencian yang kian meluas, menipisnya toleransi antarumat beragama, dan lainnya.

Pancasila, Nanti

Lantas apa yang harus dilakukan? Kiranya tetap perlu diberikan materi pelajaran Pendidikan Pancasila di sekolah dan di kampus di Indonesia secara lebih intensif.

Para siswa dan mahasiswa hendaknya memahami Pancasila secara benar, berikut nilai-nilai luhur yang ada di dalamnya. Termasuk di dalamnya asul-usul Pancasila, serta penuangannya ke dalam bentuk produk hukum serta contoh penerapannya di lapangan.

Lalu, mendorong para siswa dan mahasiswa untuk benar-benar menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Caranya? Libatkan mereka dalam praktik nyata. Misalnya, mengajak berkunjung dan menyerahkan bantuan ke panti-panti asuhan.

Mengajak mereka berpartisipasi dalam gerakan bersama, seperti gerakan kebersihan lingkungan, penanaman pohon. Mengajak mereka untuk menjenguk orang sakit, mendorong mereka untuk menghargai dan menerima perbedaan, dan seterusnya.

Praktik nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sangatlah penting. Tanpa itu, akan sulit bagi generasi masa kini dan nanti menyatukan Pancasila dalam hidup keseharian. Para pemimpin dan para tokoh harus menjadi contoh.

Mari senantiasa berusaha menjadikan Pancasila sebagai landasan dalam berpikir, berkata, dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari, juga dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara. Siapkah kita?

Selamat Hari Lahir Pancasila, 1 Juni. 

( I Ketut Suweca, 1 Juni 2021).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun