Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan Desa, Problematika dan Solusinya!

23 April 2021   14:46 Diperbarui: 23 April 2021   14:53 1070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belajar diperpustakaan sekolah (Sumber: i.pinimg.com)

Barangkali kita sepakat bahwa kedua jenis perpustakaan -- perpustakaan desa dan perpustakaan sekolah, mesti dijaga eksistensinya, sebab kehadirannya sangat dibutuhkan oleh lingkungan tempat perpustakaan itu berada.

Terkait dengan hal itu, melalui artikel sederhana ini penulis ingin mengajak pembaca untuk melihat lebih jauh tentang perpustakaan sekolah di berbagai tingkatan serta perpustakaan desa. Termasuk di dalamnya melihat problematika yang dihadapi kedua jenis perpustakaan tersebut serta mencoba menawarkan solusinya.

Dengan memerhatikan permasalahan dan menemukan sejumlah pemecahan yang mungkin, berharap perpustakaan ini bisa tumbuh dan berkembang dengan baik serta bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya.

Berdasarkan pengamatan penulis pada beberapa perpustakaan sekolah dan perpustakaan desa, ada sejumlah problem yang dihadapi. Mari kita lihat satu per satu.

Pertama, problem kurangnya minat baca.

Kendati perpustakaan sudah hadir dan dekat dengan kita, belum tentu kita akan menjadi akrab dengan perpustakaan. Memiliki dan berdekatan dengan perpustakaan bukan secara otomatis membuat kita menjadi orang yang gemar membaca.

Pada masyarakat Indonesia, kaum pelajar, apalagi masyarakat umum, kegemaran membaca pada umumnya masih rendah, jika tidak bisa disebut sangat memprihatinkan.

Tengoklah beberapa penelitian yang menggambarkan betapa rendahnya minat baca atau kegemaran membaca masyarakat kita.

Di sejumlah sekolah tampak perpustakaan sudah mendapatkan perhatian yang lumayan baik. Koleksi buku yang dimiliki pun sudah cukup banyak, seribu sampai tiga ribuan judul. Ini cukup menggembirakan.

Akan tetapi, sudahkah minat baca warga sekolah meningkat bersamaan dengan peningkatan jumlah koleksi buku yang tersedia? Sudahkan minta baca para siswa dan guru meningkat dengan adanya perpustakaan di sekolah yang memadai?

Adakah keterkaitan antara ketersediaan perpustakaan dan peningkatan minat baca? Seyogianya terdapat keterkaitan. Kian banyak koleksi buku, kian semangat warga sekolah untuk menelusuri dan menikmati isi buku-buku itu.

Akan halnya dengan perpustakaan desa, koleksinya masih sangat terbatas, minat baca pun sangat rendah. Tidak banyak orang yang hadir untuk suatu urusan di kantor desa yang memanfaatkan waktu menunggu dengan membaca buku-buku yang disediakan di tempat layanan perpustakaan.

Orang lebih tertarik memainkan gadget daripada membaca buku yang ada di pojok baca di sampingnya.

Kedua, problem kurangnya promosi

Menyediakan fasilitas perpustakaan saja sungguh belum cukup. Membuat tempat membaca yang nyaman saja belumlah lengkap. Masih diperlukan usaha keras dan terus-menerus menggalang minat baca masyarakat.

Belajar diperpustakaan sekolah (Sumber: i.pinimg.com)
Belajar diperpustakaan sekolah (Sumber: i.pinimg.com)

Indonesia banyak memiliki perpustakaan, tetapi kegemaran masyarakat membaca buku masih rendah.

Lihatlah kembali sejumlah penelitian menunjukkan kondisi seperti itu. Akibatnya, perpustakaan bagai kerakap tumbuh di batu: hidup segan, mati pun tak mau. Kurang pengunjung,  kurang terurus.

Oleh karena itu, upaya penggalangan minat baca perlu diusahakan secara intensif. Kepala sekolah, kepala perpustakaan sekolah, dan para guru mesti selalu berusaha mendorong para siswa mereka untuk lebih rajin lagi membaca: menjadikan buku sebagai sahabat mereka.

Demikian pula dengan di desa. Kepala desa dan kepala perpustakaan setempat mesti aktif mengajak masyarakat untuk membaca. Tanpa usaha yang intensif dan berkesinambungan, akan sangat sulit meningkatkan minat baca masyarakat.

Apa yang bisa dilakukan? Antara lain, dengan mempersilakan kepada masyarakat yang hadir mengurus administrasi di desa agar mengisi waktu luangnya saat menunggu dengan membaca buku yang disediakan di perpustakaan kantor desa setempat.

Ketiga, problem keterbatasan jalinan kerjasama.

Jika ingin maju, perpustakaan desa dan perpustakaan sekolah, seyogianya bekerjasama dengan berbagai pihak. Kerjasama ini dapat dilakukan dalam rangka menambah koleksi buku, serta dalam menumbuhkan minat baca masyarakat.

Yang bisa dilakukan perpustakaan desa, antara lain, mengajak masyarakat yang untuk menyumbang buku bagi perpustakaan desa. Bekerja sama dengan pengelola atau guru PAUD, TK, SD terdekat, untuk menghadirkan siswa mereka datang ke perpustakaan desa secara bergiliran dan membaca buku-buku yang tersedia.

Desa pun mesti mengupayakan agar koleksi bukunya semakin banyak dan bervariasi. Jika segmen pembaca yang diharapkan adalah anak-anak, maka buku cerita dan ilmu pengetahuanlah yang lebih cocok.

Jika pembaca yang diharapkan adalah orang dewasa, maka buku yang berkesesuaian dengan kebutuhan merekalah yang disediakan.

Di samping bekerjasama dengan para pihak di internal desa, kerjasama berikutnya bisa dijalin dengan yayasan (foundation) yang peduli pada perpustakaan dan pendidikan. Jangan lupa, bekerjasama dengan lembaga yang bertugas mengurus perpustakaan di Daerah Kabupaten, Provinsi, dan Nasional (Perpusnas RI).

Keempat, problem kurangnya perhatian.

Atensi terhadap perpustakaan di sekolah sudah relatif baik. Hanya perlu ditingkatkan saja pada berbagai aspeknya.

Akan tetapi, atensi terhadap perpustakan desa masih belum baik. Perpustakaan desa masih belum menjadi prioriotas. Desa masih mengutamakan pembangunan fisik daripada pembangunan dan penyiapan buku-buku yang relevan.

Ke depan, perpustakaan desa hendaknya mendapat perhatian lebih serius lagi. Penyiapan tempat yang baik, koleksi yang secara bertahap ditambah, penyediaan petugas yang memiliki kemampuan teknis, adalah beberapa upaya yang bisa dilakukan.

Hal ini sangat tergantung pada kemauan baik (goodwill) kepala desa dan badan permusyawaratan masyarakat desa untuk menyiapkan anggaran dalam APBDes dan kebutuhan lainnya demi kepentingan pengembangan perpustakaan desa.

Melayani masyarakat bukan lagi hanya untuk urusan administrasi sebagaimana biasanya, juga memberikan layanan berupa penyediaan buku-buku bacaan yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.

Itulah  beberapa problematika pengembangan perpustakaan sekolah dan perpustakaan desa. Jika kedua jenis perpustakaan ini berkembang dengan baik disertai pula dengan kegemaran membaca masyarakat yang semakin baik, maka boleh diharapkan kecerdasan bangsa ini akan kian meningkat.

(I Ketut Suweca, 23 April 2021).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun