Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengagumkan, 2 Siswa SMP Berhasil Menulis dan Menerbitkan Novel!

5 April 2021   19:39 Diperbarui: 5 April 2021   20:02 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua novel karya siswa (dok.pribadi).

Yang mungkin tergambar dalam benak kita mengenai kemampuan literasi -- khususnya menulis, pada siswa SMP adalah bahwa mereka masih dalam proses menambah pengetahuan di bidang  keterampilan berbahasa tulis dan literasi pada umumnya.

Akan tetapi, bagaimana kalau ternyata ada siswa SMP yang sudah berhasil menulis dan menerbitkan novel perdananya? Saya sungguh terkejut dan kagum!

Mau tahu lebih lanjut? Mari ikuti kisah berikut ini.

Berkunjung ke Perputakaan

Saya berkesempatan mengunjungi sebuah perpustakaan sekolah yang terletak di ujung timur laut Pulau Bali. Tepatnya di SMP Negeri 2 Tejakula, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng.

Kalau dari Bandara I Gusti Ngurah Rai di Denpasar, dibutuhkan waktu perjalanan kurang-lebih 3,5 jam perjalanan. Maklum saja, SMP N 2 Tejakula ini terletak timur laut, sementara airport di sisi selatan Pulau Bali.

Saya sempat berjumpa dan berbincang-bincang dengan kepala sekolah setempat dan kepala perpustakaannya. Dari merekalah saya mengetahui perkembangan perpustakaan sekolah itu, sekaligus mengetahui bahwa ada dua siswa di sana telah berhasil menulis dan menerbitkan novel pertama mereka.

Begitu mendapat informasi tentang siswa yang sukses menulis novel, saya menjadi sangat penasaran. Benarkah? Begitu saya membatin.

Saya minta kepada kepala perpustakaan setempat untuk  berkenan memperlihatkan buku karangan kedua siswa tersebut.

Dan, ternyata benar. Saya disodorkan dua buku novel, yang diambil dari kelompok buku-buku novel di rak perpustakaan setempat.

Saya perhatikan, satu buku sudah agak kumal. Beberapa bagiannya tampak bekas lipatan. Kulit depan dan belakang buku itu pun sudah tidak bagus lagi, sudah robek pinggirannya.

Saya menduga buku itu sudah sering dibaca oleh siswa setempat secara bergantian. Dan, itu berarti buku novel tersebut menarik.

Apalagi dari kepala perpustakaan setempat saya mengetahui bahwa para siswa setempat suka membaca novel dan buku-buku cerita lainnya daripada buku-buku lainnya.

Novel yang satunya lagi relatif masih baru. Covernya masih bagus, baik kulit depan maupun cover belakangnya. Kelihatannya buku ini belum lama diterbitkan. Belum ada bagian yang rusak, robek, atau terlipat.

Memenuhi rasa penasaran, saya memboyong kedua novel itu ke meja baca. Saya pilih tempat agak di sudut. Saya ingin sekali mengamati kulit dan sekilas isi buku tersebut.

Novel Dermographism

Pertama-tama saya amati novel karya siswa bernama Luh Putu Novia Sumayani. Judul bukunya: Dermographism. Buku ini diterbitkan pada tahun 2018 oleh Guepedia, lengkap dengan ISBN-nya.

Novel Dermographism (dok. pribadi).
Novel Dermographism (dok. pribadi).
Buku yang tampak mulai kumal karena sudah sangat sering dibaca ini, mulai ditulis oleh Putu Novia, saat ia masih berstatus sebagai siswa di sekolah setempat, sebagaimana dituturkan oleh kepala perpustakaan. Dan, novel ini selesai ditulis dan diterbitkan setelah ia tamat dari sekolah tersebut.

Membaca judul novel yang rada aneh ini, saya pun ingin tahu, apa yang dimaksudkannya.

Pada cover belakang buku dijelaskan bahwa judul novel ini diambil dari istilah ilmu kedokteran. Dermographism adalah istilah yang mengacu pada jenis alergi langka yang hanya diidap oleh 4 persen dari seluruh populasi manusia di bumi. Salah satu pengidapnya adalah Nia Elfinia, sebagaimana dikisahkan di dalam novel ini.

Sang tokoh, Nia Elfinia, dikisahkan menjalani hidupnya yang penuh warna dan kejutan yang dikemas dengan apik dari halaman ke halaman buku. Dan, seperti disebutkan, novel ini diangkat dari kisah nyata.

Di samping Nia, ada juga tokoh lain yang memberi warna dalam cerita buku ini, seperti Ida, Ara, Gilang, Fajar, Raga, dan lainnya.

Sang penulis, Putu Novia, adalah pencinta matematika yang tertarik dengan dunia sastra. Ia mengaku sudah sejak lama bercita-cita menulis novel. Novel yang tidak hanya dibaca oleh dirinya sendiri, bahkan juga dibaca oleh orang lain. Menurutnya, menulis adalah penyatuan jiwa dan rasa.

Novel Iridescent

Selanjutnya, novel yang kedua ditulis oleh siswa setempat juga. Namanya Kadek Danila Suri Saputri. Judul buku karangannya: Iridescent, diterbitkan Guepedia, lengkap juga dengan nomor ISBN-nya.

Novel Iridescent (dok.pribadi).
Novel Iridescent (dok.pribadi).

Seperti halnya buku yang ditulis oleh Putu Novia, buku ini pun judulnya terasa agak aneh sehingga membuat penasaran.  

Sebagaimana dijelaskan di kulit belakang buku, Iridescent adalah pancaran cahaya yang semburan cahayanya bagaikan warna-warni pelangi. Iridescent juga dikenal sebagai dongeng cinta pengantar tidur bagi para bangsawan.

Namun, Iridescent yang satu ini adalah tentang "hati si nona senja pemilik warna paling terang." Demikian tertulis dalam kulit belakang buku ini.

Tokoh utamanya yang ditampilkan bernama Nadans, seorang gadis biasa yang menginginkan kebebasan dalam hidupnya. Di tengah kerasnya kekangan sang ayah, ia memiliki sosok yang selalu membuatnya bersemangat menjalani hari-hari. Sosok itu bernama Alan, pacar Nadans. Begitulah sekilas tentang kedua novel ini.

Saya belum membaca isi novel ini secara utuh.  Hanya mendengar penjelasan kepala sekolah dan kepala perpustakaan setempat di samping melihat dan membacanya sepintas untuk sekadar mengetahui bagaimana kedua siswa hebat ini menuangkan imajinasinya ke dalam sebuah novel. 

Pendapat saya, secara keseluruhan novel ini digarap dengan cukup baik. Ditulis  dengan cukup apik dan dengan editing yang bagus.

Di atas semua itu, saya sungguh senang dan turut  bahagia, ada siswa yang masih bersekolah di SMP sudah berani mulai menulis novel dengan ketebalan lebih dari 150 halaman. Hal yang sungguh langka di tengah masih rendahnya minat baca dan tulis di negeri ini.  

( I Ketut Suweca, 5 Maret 2021).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun