Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Inilah 6 Pertimbangan dalam Menghadapi Naskah yang Ditolak Redaksi Koran

20 Februari 2021   14:53 Diperbarui: 21 Februari 2021   18:28 1096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis pemula jangan pernah merasa sendiri mengalami hal seperti ini. Hal ini dialami oleh seluruh penulis, baik penulis pemula maupun penulis yang berpengalaman. Penolakan demi penolakan itu pada akhirnya membawa kita untuk meningkatkan lagi kualitas karya. Ketangguhan mental sebagai penulis sedang diuji.

Janganlah hendaknya melihat penolakan itu sebagai upaya bahwa redaksi tidak menghargai pribadi Anda. Penolakan sama sekali bukan dimaksudkan sebentuk cara redaksi tidak menghargai Anda secara personal. Bukan!

Penolakan itu dilakukan semata-mata terhadap naskah Anda, yang mungkin masih kalah kualitasnya dibanding naskah lain yang masuk ke meja redaksi.

Maklumi, Ruang Terbatas

Keenam, ruang yang terbatas. Seperti pernah saya tulis sebelumnya, ruang untuk pemuatan tulisan dari para penulis luar (freelance) terbatas adanya.

Pada koran harian seperti Kompas, naskah Opini yang dimuat sekitar 4 artikel saja. Padahal, naskah yang masuk setiap harinya untuk kolom Opini saja, konon, sampai 100 naskah. Bisa dibayangkan betapa besar persaingan antarnaskah yang terjadi.

Untuk koran daerah mungkin jumlah naskah yang masuk lebih sedikit, katakanlah 10 artikel opini setiap harinya. Akan tetapi, peluang pemuatannya kecil juga, karena dari sepuluh naskah itu hanya satu saja yang dimuat mengingat ruang yang disedikan sangat terbatas. Koran Jawa Pos, misalnya, setiap hari memuat satu naskah Opini, demikian pula koran Bali Post.

Itulah beberapa hal yang bisa menjadi bahan pertimbangan ketika naskah Anda ditolak redaksi sebuah koran. Tetap menjaga semangat menulis. Masih banyak kesempatan yang tersedia untuk mereka yang konsisten menulis. Tidak hanya di koran, di media online pun ada sejumlah pilihan.

( I Ketut Suweca, 20 Februari 2021).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun