Edit dan Kirim ke Koran Lain
Pertama, periksa kembali file naskah yang Anda kirim. Lihatlah naskah itu dengan cara pandang yang berbeda, bukan cara pandang Anda sebagai penulis, melainkan cara pandang redaksi yang sedang memeriksa naskah Anda. Kira-kira seperti apa pendapat redaksi sehingga memutuskan untuk menolak naskah Anda?
Telitilah dengan saksama, lihatlah dari berbagai segi, misalnya segi penalaran, tata-bahasa, pilihan kata, konten, judul, lead, dan ending. Adakah hal-hal yang bisa diperbaiki?
Jika Anda memandang naskah itu masih layak dimuat dilihat dari isi atau kontennya, silakan disunting kembali agar lebih baik lagi.
Naskah yang sudah Anda sunting itu bisa Anda kirim lagi ke koran lainnya. Ini kalau Anda yakin sekali bahwa kontennya bagus. Anda hanya perlu memperbaiki tata bahasa, judul, lead, dan beberapa yang sifatnya artificial. Isinya  tetap.
Jangan Dihapus, Simpan Saja
Kedua, menyimpan naskah yang ditolak. Kalau kemudian ternyata Anda memandang naskah Anda itu masih banyak kurangnya, terutama di sektor isi, maka lupakanlah. Jangan dihapus dan simpan saja sebagai file softcopy.
Biarlah file naskah itu menjadi kenangan dalam perjalanan kepenulisan Anda. Betapa pun sederhananya naskah itu, ia adalah karya Anda. Sebuah karya yang lahir dari ruang pikir Anda yang terus berproses. Jangan berkecil hati. Jadikan naskah itu sebagai salah satu jejak dalam perjalanan kepenulisan Anda yang panjang.
Saya sendiri memiliki sejumlah naskah yang ditolak redaksi. Saya tetap simpan soft copy-nya di flashdisk dan di laptop sebagai arsip. Ia akan menggambarkan bagian dari proses menuju kualitas yang lebih baik.
Buat Lagi Naskah Baru
Ketiga, buatlah naskah baru. Daripada menyesali atau memusingkan naskah Anda yang emoh dimuat oleh redaksi, lebih baik membuat naskah baru lagi. Ya, membuat naskah anyar yang diusahakan lebih bagus lagi. Sebuah naskah yang aktual, menginspirasi, dan bermanfaat bagi khalayak pembaca.