Menulis dan mengkliping ada kaitannya. Tapi, seperti apa hubungannya? Mari kita simak cerita sederhana ini, sebuah cerita yang menggambarkan serba sedikit tentang perjalanan dunia penulisan dan pengklipingan koran.
Mengkliping Tulisan Orang Lain
Sebagai penulis, kebutuhan akan informasi demikian besar. Ada banyak sekali informasi yang tersebar dengan berbagai jenisnya. Tergantung kepada kita masing-masing, informasi apa yang kita butuhkan.
Kehadiran internet yang dilengkapi dengan mesin pencari seperti Yahoo dan Google sangat membantu siapa pun yang menghendaki informasi secara elektronik.
Kita banyak dimudahkan oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang kian maju ini. Informasi kian mudah diakses dari berbagai tempat. Nyaris tidak ada kesulitan bagi kita untuk mengakses informasi sepanjang ada jaringan internet.
Dulu, di saat saya masih muda, informasi tidak sebanyak sekarang jumlahnya yang dkenal dengan kondisi overload informations. Dulu, orang relatif sulit mendapatkan informasi. Hampir semuanya masih manual, mengandalkan media cetak, seperti majalah, buku, koran, dan tabloid.
Karena sulitnya mendapatkan informasi, maka kita mesti memperlakukan informasi yang ada atau ditemukan dengan sebaik-baiknya agar bisa digunakan dengan baik. Koran, misalnya, saat itu salah satu media yang menjadi andalan.
Agar koran itu tidak terbuang percuma, maka bagian konten yang bagus, saya akan kliping. Sisanya barulah dipakai sebagai pembungkus barang atau dijual ke pemulung. Kliping koran itulah yang menjadi salah satu sumber informasi penting di samping informasi dari majalah, buku, dan lainnya.
Sebagai orang yang suka menulis atau mengarang, saya terbiasa membuat kliping koran. Bagian-bagian isinya yang penting dan bermanfaat, saya potong sedemikian rupa. Lalu, saya tempel di kertas HVS yang cukup tebal, dilengkapi pula dengan data sumber koran tersebut. Data sumber meliputi hari, tanggal terbitnya koran, dan halamannya.
Setiap kliping yang sudah jadi, saya masukkan ke map ordner, map karton tebal dengan isian yang cukup banyak. Seperti kita kenal dulu, ordner itu biasanya berwarna hitam-putih. Nah, di situlah kliping koran tersebut saya simpan rapi.
Mengkliping Tulisan Sendiri
Tidak hanya tulisan atau opini orang lain yang saya kumpulkan. Upaya pengklipingan itu pun saya lakukan terhadap tulisan sendiri. Artikel saya yang dimuat di koran, saya kliping.
Perlakukaannya sama saja dengan kliping koran dari para penulis lain. Hanya, saya kumpulkan secara terpisah. Kliping dari penulis lain saya masukkan ke dalam ordner yang berbeda dengan kliping tulisan sendiri.
Jadi, ada dua kumpulan kliping yang berbeda. Yang satu kliping para penulis luar, sedangkan satunya lagi khusus untuk tulisan saya sendiri.
Di dalam kliping sendiri itulah terhimpun artikel-artikel saya dari waktu ke waktu. Tidak hanya artikel opini, bahkan berita yang pernah saya tulis dan hasil wawancara dengan tokoh atau figur penting yang dimuat di koran atau tabloid, tersimpan menjadi kliping.
Sulit Menemukan Korannya
Ada satu hal yang menjadi kendala ketika hendak mencari koran yang memuat tulisan sendiri untuk dikliping. Seperti apa? Saya tidak selalu berlangganan koran tempat saya mengirimkan naskah. Jadi, agak susah bagi saya untuk memonitor apakah tulisan yang saya kirim sudah dimuat atau belum dan kapan pula dimuatnya?
Akibatnya, kemungkinan masih ada tulisan saya yang sudah dimuat tetapi tidak terkliping karena saya tidak menemukan koran yang memuatnya. Terkadang, saya harus menghampiri penjual koran di pinggir jalan sekadar untuk mengetahui apakah artikel saya dimuat atau belum. Hanya, ini sungguh merepotkan.
Syukurnya, ada seorang sahabat sesama penulis yang acapkali mengabarkan. Ia berlangganan koran tempat saya biasanya menulis. Dia-lah yang memberitahu saya kalau naskah saya dimuat. Ia akan segera berkabar kalau artikel saya dimuat. Saya pun akan meluncur ke penjual koran untuk membeli koran yang memuat tulisan saya itu.
Korannya Habis?
Bagaimana kalau koran yang saya cari sudah habis terjual? Bagaimana kalau sudah lewat waktu, sudah kemarin, misalnya. Di sinilah kesulitannya menemukan koran dimaksud karena saya tidak berlangganan.
Terkadang ada sahabat di tempat lain yang kebetulan membaca mengabarkan kalau tulisan saya sudah dimuat. Ia memberikan apresiasi dengan menelpon, mengirim pesan via sms, atau cara lainnya. Usai menerima apresiasi mereka, biasanya saya segera meluncur menemukan korannya. Kalau tidak di penjual, ya, di agennya.
Akhirnya, kliping itu terkumpul apa adanya, berapa yang berhasil ditemukan saja. Bersyukur sebagian besar bisa didapat dan terkumpul di dalam ordner.
Kliping itu menjadi kenangan yang menggambarkan jejak-jejak pada masa lalu. Kliping itu di bercerita tentang perkembangan pemikiran penulis dari waktu ke waktu.
Nikmat untuk dikenang. Menyemangati jika diambil hikmahnya. Bekal berguna untuk menjalani giat penulisan berikutnya.
( I Ketut Suweca, 16 Februari 2021).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H