Sahabat kita Pak Khrisna Pabichara, belum lama ini menulis di kompasiana sebuah artikel berjudul  Menulislah, Abaikan Teori. Artikel bernas itulah yang menggoda saya untuk ikut urun pendapat seputar tulis-menulis, khususnya yang menyangkut praktik dan teori menulis.
Mari kita perhatikan judul yang saya gunakan di atas. Menurut Anda, mana yang harus dilakukan terlebih dahulu. Belajar teorinya dulu baru kemudian praktik menulis atau praktik menulis dulu sebelum belajar teori menulis?
Menulis dengan Modal Nekat
Sampai di sini saya ingat dengan buku yang saya tulis pada tahun 2013. Judulnya Menulis dengan Modal Nekat. Kalau ditilik isinya, untuk berani menulis di media umum atau menulis untuk dipublikasikan, dibutuhkan "modal" nekat. Terlebih-lebih bagi calon penulis atau penulis pemula.
Tanpa modal nekat, maka kemungkinan besar yang bersangkutan akan dikungkung oleh keragu-raguan yang tiada habisnya. Atau, rasa tidak percaya diri yang menghambat keberanian membuat dan mengirim tulisan ke media massa.
Untuk memantapkan langkah dan memperkuat keberanian, ada baiknya sang penulis pemula atau calon penulis bertanya kepada penulis yang sudah berpengalaman.
Misalnya dengan meminta pendapat atau saran tentang konten artikel yang akan dikirim. Sekaligus ditanyakan tentang tata cara pengiriman naskah ke media yang hendak disasar kalau sama sekali tidak pernah mengirimkan sebelumnya.
Setelah memerhatikan saran dan menyesuaikan dengan apa yang disarankan, lalu si penulis sudah bisa mengirimkan artikelnya ke media dimaksud.
Dengan saran dari penulis yang sudah berpengalaman, maka keberanian dan kepercayaan diri penulis pendatang baru untuk mengirimkan naskah ke media massa cenderung menguat.
Bukan Sekadar Keberanian
Menulis dengan modal nekat bukanlah berarti menulis dan mengirim naskah begitu saja tanpa dipikirkan secara matang dan dikerjakan dengan baik. Bukan berarti membuat dan mengirim naskah secara membabi-buta, tanpa reserve.
Sebelum naskah dikirim, tentu harus dipastikan terlebih dulu beberapa bagiannya, seperti isi naskah, pengetikan, surat pengantar,serta kelengkapannya. Kelengkapan berupa identitas penulis perlu dicantumkan, termasuk alamat, pekerjaan, nomor handphone, nomor NPWP, dan no rekening. Kerapian dan kelengkapan adalah penilaian pertama atas kecermatan dan kesungguhan kita sebagai penulis.
Menulis modal nekat itu apakah mengedepankan keberanian melulu? Tidak juga! Tetap diperlukan persiapan dan penguasaan teori menulis dan praktik menulis. Kata pepatah, praktik tanpa teori adalah buta, teori tanpa praktik adalah lumpuh.
Jadi, sesungguhnya kedua-duanya penting dilakukan. Tetapi, yang mana duluan? Jawaban saya:  bersamaan. Keduanya dilakukan bersamaan. Belajar teori sekaligus  praktik menulis.
Berikut sekadar ilustrasi. Bayangkan Anda tidak menguasai teori menulis, lalu Anda nekat menulis. Kira-kira seperti apa jadinya tulisan Anda? Kacau-balau alias amburadul, mungkin. Sulit dimengerti oleh pembaca, pastinya. Pembaca bisa tersenyum kecut membaca tulisan Anda. Itulah risiko kalau menulis tanpa dibekali teori.
Sebaliknya, apabila Anda belajar teori saja tanpa disertai praktik menulis, mungkin Anda akan terserang ketakutan bahkan sebelum menulis. Mengapa? Karena ketika Anda membaca teori,  ternyata teori menulis alias mengarang  itu demikian banyak dan kompleks.
Nah, melihat kompleksitas teori menulis, bukannya membuat Anda semakin berani menulis, malah semakin ciut, Anda semakin takut menulis. Jangan-jangan ditertawai, jangan-jangan ditolak redaksi, jangan-jangan banyak kesalahan, mungkin itu yang terpikir. Akhirnya, Anda pun batal menulis.
Lalu, bagaimana sebaiknya? Bekali diri dengan teori menulis kendati tidak banyak atau belum lengkap. Ada bekal sedikit saja sudah cukup sebagai awal, lanjut menulis dan menulislah. Lalu, kombinasikan belajar teori dan praktik menulis sekaligus untuk mencapai kemajuan secara bertahap.
Para penulis yang sudah berpengalaman menganjurkan kepada semua pendatang baru dalam dunia tulis-menulis untuk melakukan keduanya: belajar teori menulis dan menjalani praktik menulis!
Saran Penulis Berpengalaman
Saya mengutip dua saran penulis ternama yang menunjukkan kepada kita seperti apa pentingnya belajar teori dan praktik menulis.
Emil Zubryn mengatakan,"Jika Anda ingin menulis -- tulislah. Belajarlah dengan sungguh-sungguh perihal karang-mengarang. Kalau mau sukses di bidang ini, Anda harus yakin terhadap diri Anda sendiri dan terhadap apa yang Anda tulis. Kalau saya yakin akan sesuatu, saya tidak akan menyerah."
Nasihat Zubryn itu menyemangati kita untuk menulis sekaligus belajar teori seraya memperkuat rasa percaya diri dan tidak mudah menyerah ketika tulisan kita ditolak berkali-kali oleh redaksi.
Selanjutnya, penulis Ben Smith memberikan saran yang juga menguatkan. "Nasihat terbaik yang dapat kuberikan kepada seorang penulis pemula adalah agar ia berusaha dengan sungguh-sungguh menguasai seni tulis-menulis," paparnya.
"Menulis merupakan kemahiran, kawan, dan janganlah menjadi penulis yang setengah-setengah," tegas Smith.
Nah, bagaimana dengan kita semua? Siap terus belajar teori dan praktik menulis?
(Â I Ketut Suweca, 28 Januari 2021).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H