Merepotkan sekaligus menyenangkan. Malam hari usai belajar di kelas bukanlah waktu untuk santai, melainkan untuk menyiapkan materi presentasi untuk keesokan harinya, baik secara individual maupun kelompok.
Rindu Keluarga
Kalau rindu keluarga, kami pun yang satu daerah asal akan pulang bersama-sama. Kebetulan kami bertiga dari satu daerah asal, Bali. Kami pulang acapkali melalui jalur darat dengan mobil travel dan kadang-kadang memilih melalui udara.
Pulang kampung cukup dua minggu sekali. Pulang pada hari Jumat malam dan kembali ke Surabaya pada hari Minggu sore atau malam. Begitulah yang sering kami bertiga lakukan jika tak ada tugas yang sifatnya mendesak.
Kalau kami memutuskan tidak pulang, berarti ada tugas yang harus kami selesaikan dan sifatnya mendesak. Maklum pelajarannya sangat padat di samping tugas presentasi dari para pengajar yang nyaris tiada putusnya.
Tidak Bisa Mendarat
Alkisah, saya dan dua teman lainnya akan kembali ke Surabaya dengan mengambil penerbangan malam pada hari Minggu. Hari Senin keesokan harinya kami harus masuk kelas lagi. Saya tak ingat lagi, dengan menggunakan pesawat apa kami saat itu.
Penerbangan dari Bandara I Gusti Ngurah Rai di Denpasar ke Bandara Juanda pada awalnya lancar-lancar saja. Saya tak ingat dengan pasti, pukul berapa tepatnya kami berangkat. Yang pasti, hari sudah mulai gelap.
Mendekati bandara Juanda di Sidoarjo, ternyata pesawat tidak diijinkan mendarat. Ada pengumuman dari ruang kokpit bahwa pesawat tak boleh mendarat karena keadaan cuaca yang tidak mendukung. Dijelaskan bahwa di atas bandara Juanda anginnya kencang dan sedang hujan deras.
Lalu, pesawat pun berputar-putar tinggi di atas bandara setempat. Setelah sekitar 30 menit berputar-putar, pilot menjelaskan bahwa cuaca yang tidak bersahabat masih tidak memungkinkan pesawat mendarat. Informasi itu diperoleh dari petugas di bandara Juanda.
Sahabat seperjalan yang duduk tepat di samping saya nyeletuk tipis, "Pak, kalau begini terus, jangan-jangan pesawat ini habis bahan bakarnya."