Perbincangan tentang kehidupan penulis belakangan ini semakin ramai di kompasiana. Topik yang dibahas adalah seputar nasib penulis yang, katanya, tak bisa hidup dari menulis, apalagi mau kaya dari hasil menulis.
Profesi yang Memprihatinkan
Saya pikir apa yang ditulis para sahabat benar adanya. Begitulah nasib para penulis di Indonesia  pada umumnya. Mereka masih belum mendapatkan penghargaan yang setimpal dibanding dengan jerih payahnya. Memprihatinkan sekali nasib para penulis di negeri tercinta ini.
Tentu saja ada pengecualian. Tidak semua penulis mengalami nasib yang memprihatinkan seperti digambarkan di atas. Ada juga yang mampu bertahan hidup hanya dari penulis, kendati jumlahnya sangat terbatas.
Penyebabnya, mungkin lantaran penulis itu rajin menulis buku dan bukunya menjadi best seller di tingkat nasional, bahkan di level internasional. Beruntunglah para penulis yang mampu mencapai sukses seperti ini.
Akan tetapi, seperti disebutkan di atas, para penulis yang sukses dan bisa hidup hanya dari menulis sangat sedikit jumlahnya. Mungkin bisa dihitung dengan kedua jari tangan saja.
Pada kenyataannya, sebagian besar tidak bisa mengandalkan hidup semata-mata mengandalkan penghasilan dari menulis.
Mereka memiliki pekerjaan utama yang menjadi sandaran hidup, seperti menjadi dosen, guru, pembicara, pedagang atau wartawan. Dari pekerjaan utama itulah mereka mendapatkan hasil dan bisa hidup dengan relatif layak.
Sedangkan hasil menulisnya yang tidak seberapa itu hanyalah sebagai pelengkap, bukan sumber utama penghasilan. Maka, mereka menjadi penulis bebas alias freelance saja. Mungkin ada hasil yang diperolehnya dari situ, tapi sama sekali tidak memadai.
Ia menjadi jauh lebih bangga dengan karya-karyanya yang berhasil terpampang di media daripada jumlah imbalan yang diterimanya dari penerbit atau koran yang memuat karyanya.