Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kompasianer Pak Tjip dan Bunda Rose, Keistimewaan Beliau Berdua di Mata Saya!

5 Januari 2021   10:04 Diperbarui: 5 Januari 2021   19:50 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tidak suka memuji-muji orang secara berlebihan. Kalau pun memuji, pasti berdasarkan fakta, data, dan rasa yang ada. Kalau menyanjung berlebihan itu namanya mengkultuskan seseorang, seakan-akan orang itu sempurna sama sekali. Dan, itu berbahaya dan tidak jujur.

Maka, lebih baik menyampaikan apa adanya, sesuai dengan pengetahuan dan perasaan yang kita miliki tentang seseorang kendati tak terhindar dari unsur subjektivitas. Berangkat dari pemikiran seperti itulah, saya menulis artikel ini.

Pak Katedra dan Pak Tonny

Menulis tentang profil, sebelum menulis artikel ini, saya sudah pernah menulis tentang dua rekan yang aktif di kompasiana. Pertama, Pak Katedrarajawen yang jago menulis hal-hal yang filosofis, yang membuat kita mungkin akan merenung sesaat setelah membaca artikelnya.

Setelah itu, yang kedua, saya juga sudah menulis tentang Pak Tonny Syiariel, sahabat kita yang sangat rajin menulis tentang traveling. Beliau saya sebut sebagai "Sang Pejalan" karena banyak melakukan perjalanan ke berbagai belahan dunia, selaras dengan profesinya sebagai seorang tour leader.

Kini, Pak Tonny, sudah mengalami mutasi -- tapi nggak seperti virus, he he he, menjadi "Sang Penjelajah" lantaran sudah meraih posisi sebagai "Penjelajah" di "bumi" kompasiana.

Pria Kelahiran Padang

Nah, kali ini ijinkan saya menulis perihal Pak Tjiptadinata Effendi yang biasanya saya sapa dengan nama singkat, Pak Tjip, saja. Tak lupa saya sertakan pendamping setia beliau, siapa lagi kalau bukan, Bunda Roselina, yang sering saya sapa dengan Bunda Rose.

Pak Tjip adalah seorang pria kelahiran Padang, Sumatera. Kompasianer of the Year 2014 ini pada awalnya seorang pebisnis sebelum kemudian memutuskan pensiun karena sudah umur. Pasangan beliau, Bunda Rose, adalah pendamping yang setia, seorang wanita karier yang sukses, yang kemudian memutuskan berhenti bekerja dan berfokus mendampingi Pak Tjip dalam berbagai kegiatan dan dalam suka dan duka.

Tidak terkendala usia, beliau berdua senantiasa rajin menulis di kompasiana. Kesetiaan kedua figur ini tak perlu diragukan kalau soal menulis di platform kondang ini. Ada saja yang beliau tulis, dari yang serius dan penting hingga yang sederhana dan ringan. Seperti diakuinya sendiri, Pak Tjip tak pernah kehabisan ide. Selalu saja ada gagasan untuk ditulis.

Apa isi tulisan kedua pasangan ini? Temanya nyaris sama. Beliau berdua paling sering menulis seputar pengalaman hidup. Ya, pengalaman hidup beliau dari sejak muda hingga kini. Tulisan-tulisan Pak Tjip dan Bunda Rose kebanyakan dibangun dari experiences yang beliau alami atau yang beliau amati sepanjang perjalanan hidup.

Salah satunya yang terpenting adalah pengalaman beliau berdua berkeliling dunia untuk menebarkan kebaikan dengan mengajarkan teknik healing, Waskita Reiki, yang beliau dirikan dan pimpin.

Kisah Keberhasilan

Pak Tjip dan Bunda Rose, seringkali berkisah tentang keberhasilan atau kesuksesan hidup yang dicapainya, selangkah demi selangkah. Kisah sukses itu menggambarkan betapa bahagianya beliau setelah menjalani proses panjang kehidupan yang semuanya berhikmah.

Lalu, apakah semua itu dimaksudkan sebagai pamer keberhasilan atau kehebatan? Apakah dengan artikel tentang keberhasilan itu, beliau berdua ingin agar orang lain terkagum-kagum? Tentu saja, tidak. Sama sekali, tidak!  "Jangan biarkan rasa syukur berubah jadi takabur," tulis Pak Tjip dalam sebuah artikelnya.

Beliau tentu menyadari benar bahwa di atas langit masih ada langit. Di samping orang sukses, ada orang yang lebih sukses lagi. Lagi pula, apakah makna sebuah kesuksesan? Apakah hanya uang atau harta yang melimpah. Atau, seharusnya ada kasih sayang dalam keluarga dan kedamaian hati? 

Beliau, saya yakin, sangat jauh dari sifat takabur atas keberhasilan itu! Dari success story itu, seperti beliau acapkali tegaskan dalam artikel, dimaksudkan agar siapa pun membaca artikel tersebut bisa mengambil hikmah atau manfaatnya: bahwa ada jalan untuk bisa mencapainya, dan bahwa jalan itu tidaklah mudah. Lagi pula, tak ada keberhasilan yang bermakna yang bisa dicapai dengan gampang dan instant.

Memaknai Kegagalan

Lalu, untuk mencapai kesuksesan itu, ada perjuangan pahit yang berdarah-darah. Kisah tentang hal ini sudah berderet-deret dimuat pada artikel kedua figur panutan kita ini. Seperti apa kesulitan hidup yang beliau berdua alami, seperti apa mengatasinya:  jatuh, bangun, jatuh lagi, dan bangun lagi! Begitu berulang kali.

Dengan kisah itu, apakah beliau hendak memamerkan kesusahan, bahwa beliaulah orang yang paling susah di dunia ini, dan tak ada seorang pun yang se-menderita beliau? Tentu saja, tidak. Sekali lagi, tidak!

Dari artikel demi artikel yang berjumlah ribuan itu, kita bisa memahami makna di balik kisah pahit yang beliau berdua kemukakan.

Tiada lain adalah bahwa janganlah hendaknya kita mudah berputus asa saat menghadapi kesulitan, tantangan, atau rintangan. Dan, janganlah mengutuk orang lain sebagai penyebabnya. Kita mesti berani mengambil tanggung jawab dan risiko atas nasib yang menimpa kita dalam menjalani kehidupan ini.

Kita harus berani menerima kenyataan. Harus berani bertanggung jawab atas hasil kerja kita, baik atau buruk. Dan, harus berani bangkit dari keterpurukan. Itulah yang Pak Tjip dan Bunda Rose, secara eksplisit maupun implisit, sampaikan dalam banyak artikel yang selalu meninggalkan kesan positif di hati kita, para pembaca.

Menyapa Kompasianer

Di samping menulis dan menayangkan artikel demi artikel yang bermanfaat dan menginspirasi, beliau berdua juga rajin sekali hadir menyapa para kompasianer. Hal ini dilakukan, hari demi hari, secara konsisten. Kehadiran beliau di lapak kita dan sapaan hangatnya menunjukkan sebuah persahabatan dan kerendahhatian dalam bentuk kesediaan berkunjung.

Berfoto bersama keluarga (Sumber: Pak Tjip.  dok-kompasiana)
Berfoto bersama keluarga (Sumber: Pak Tjip.  dok-kompasiana)

Kata-kata berikut ini mungkin acap kita baca di kolom komentar lapak kita, "Terima kasih Bapak/Mbak sudah menulis artikel tentang pernak-pernik...." Seperti itulah kurang-lebih sapaan hangat beliau.

Saya yang sering menyediakan waktu berselancar di kompasiana sejenak mulai pukul 5 pagi, sering menerima sapaan beliau berdua di kolom komentar dan segera saya balas sebisanya. Bahkan, terkadang sapaan Pak Tjip dan Bunda Rose nyaris bersamaan. Luar biasa!

Kehangatan kepribadian beliau, menurut perasaan saya, benar-benar keluar dari hati, dari niat yang tulus, sama sekali tidak mengada-ada dalam arti sok hangat atau sok akrab. Saya merasa beliau berdua sangat tulus dalam persahabatan.

Wah, artikel ini menjadi lumayan panjang. Sebelum menyudahinya, saya ingin berpesan kepada Pak Tjip dan Bunda Rose, mohon kiranya berkenan terus berbagi pengetahuan dan pengalaman melalui artikel-artiekel berikutnya di kompasiana.

Teruslah menjadi panutan bagi para kompasiner di sini. Bapak Tjip dan Bunda Rose laksana orangtua, ayah-ibu, bagi kami. Terima kasih.

 ( I Ketut Suweca, 5 Januari 2021).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun