Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Surat Terbuka untuk "Sang Pejalan", Bapak Tonny Syiariel

12 Desember 2020   18:52 Diperbarui: 13 Desember 2020   05:40 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Akun Pak Tonny Syiariel  (dok. pribadi). 

Salam hangat, Pak Tonny Syiariel.

Dengan segala kerendahan hati ijinkan saya mohon maaf terlebih dahulu karena telah lancang mengetuk pintu rumah Bapak. Jangan terkejut ya Pak, karena saya hanya bermaksud menyerahkan sehelai surat terbuka ini langsung kepada Bapak.

Namanya juga surat terbuka, maka di samping kepada Bapak, surat ini pun boleh dan diijinkan dibaca oleh sahabat lainnya di sini.

Untuk diketahui di awal, niat saya hanyalah untuk menyampaikan kata hati dan apa yang saya pikikan. Tak lebih dari itu.

Baiklah, saya mulai saja. Kalau prolog-nya terlalu panjang, saya khawatir Bapak akan melipat  surat ini dan nggak sudi membaca lanjutannya.

Akan tetapi, saya yakin seyakin-yakinnya, hal itu tidak akan Bapak lakukan, karena pengalaman hidup telah mengajarkan betapa kesabaran merupakan sifat mulia dan sangat penting dimiliki dalam pergaulan dengan sesama. Begitu, kan Pak Tonny?

Cukup lama saya mengamati karya-karya Bapak di kompasiana. Untuk sebagian diantaranya saya ikut nimbrung di kolom komentar, memberikan apresiasi. Tidak lupa saya sertakan penilaian atau vote.

Pernahkah Bapak mengetahui betapa sejatinya artikel yang Bapak buat sudah demikian baik kalau tidak boleh dikatakan sangat baik? Pastinya menurut saya, dan sangat mungkin juga menurut kompasianer lain.

Mengapa saya berani mengatakan "sangat mungkin?" Pada setiap kata sangat mungkin, ada dua pilihan, ya yang besar dan tidak yang kecil. 

Dari vote dan komentar para sahabat di lapak Bapak, rata-rata semuanya positif, saya dan mereka merasa artikel Bapak bermanfaat, menginspirasi, menarik, menambah wawasan, dan lainnya.

Inilah salah satu alasan saya menyebut sebagai kemungkinan (sangat besar) disukai oleh para kompasianer dan pembaca lainnya.

Sebagai seorang professional tour leader, kebanyakan tulisan Bapak berisi dunia traveling, dunia perjalanan wisata. Itulah mengapa saya sebut Bapak sebagai "Sang Pejalan". Maafkan saya jika istilah ini kurang tepat. Yakinlah, tak ada konotasi negatif di dalamnya.

Ada alasan lebih lanjut mengapa saya menyebut Bapak sebagai Sang Pejalan. Terutama karena Bapak melakukan banyak perjalanan, bersama wisatawan, tentu. Tidak melulu di Indonesia, bahkan lebih banyak ke negeri seberang, ke berbagai kota dan destinasi wisata dunia.

Sebagai seorang traveler dan penulis, Bapak membagikan kisah perjalanan dan objek kunjungan dengan demikian bagusnya. Bapak memiliki kemampuan menulis yang mumpuni. Saya salut itu.

Terlebih-lebih lagi, seperti Bapak pernah jelaskan, setiap kali menulis sebuah perjalanan atau kunjungan, Bapak akan melakukan riset seperlunya tentang topik atau objek dimaksud.

Meriset materi artikel untuk maksud melengkapi sajian tulisan perjalanan agar lebih afdal dan padat. Tak terkecuali agar lebih up to date data dukungnya.

Dengan modal itu, Bapak bisa menuliskannya dengan sangat baik disertai pula dengan foto-foto pendukung yang indah sekali dan berkesesuaian.

Kata orang, sebuah foto mewakili seribu kata. Benarkah? Bagi saya benar adanya. Setiap foto itu bisa dideskripsikan dengan seribu kata, bahkan mungkin lebih banyak lagi. Tergantung kemampuan penulisnya.

Akan tetapi, bukan maksud saya menerangkan perihal kaitan foto dengan kata-kata. Hanya, saya ingin memberikan apresiasi yang mendalam terhadap  foto hasil jepretan Bapak.

Apresiasi terhadap foto? Maksudnya? Begini. Foto-foto yang Bapak tayangkan sangat indah, jika tak boleh disebut sempurna. Tentu saja semua itu adalah hasil bidikan terbaik yang kemudian Bapak sajikan di kompasiana.

Untuk menghasilkan foto seindah itu tentu bukan perkara mudah. Diperlukan teknik fotografi yang mumpuni. Dibutuhkan pengalaman bergulat di dunia photography yang panjang disertai dengan kesungguhan dan ketekunan berkarya yang ajeg. Diperlukan sense of art di bidang ini.

Sebagai orang awam yang tidak mengerti teknik fotografi, saya tidak akan berbicara tentang tekniknya. Saya hanyalah penikmat keindahan foto yang Bapak tampilkan, sebagaimana  saya juga penikmat alunan lagu kesukaan kendati tak sanggup  menyanyikan sendiri dengan merdu.

Sebagai bentuk penghargaan, ijinkan saya menyampaikan terima kasih atas artikel-artikel Bapak dan semua foto nan indah yang melengkapinya. Artikel Bapak menjadi komplit dan bernas.

Di pengujung artikel ini saya ingin mengutip satu paragraf saja dari salah satu artikel Bapak.

"Jika jatuh cinta itu bisa berkali-kali, maka saya kembali jatuh cinta lagi. Namun, yang pasti tidak seperti sebelumnya. Jatuh cinta pertama kali itu ke mantan pacar. Kemudian, jatuh cinta lagi ke dunia fotografi. Terus berlanjut ke jagat perjalanan wisata."

Dan, saya pun kehabisan kata-kata. Terima kasih.

( I Ketut Suweca, 12 Desember 2020).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun