Dulu, saya pernah membeli pakaian bekas dari sebuah pasar. Â Letak pasar itu lumayan jauh dari rumah. Kurang-lebih 90 kilometer. Lantaran informasi dari seorang teman bahwa ada pasar pakaian bekas yang bagus kualitas produknya, saya pun iseng datang ke sana.
Nama pasarnya adalah Pasar Kodok, terletak di sebuah desa di  Tabanan, Bali. Hanya sekali saya datang ke pasar tersebut.
Mengapa Disebut Pasar Kodok?
Mengapa disebut Pasar Kodok? Mungkin karena pasar itu terletak di lahan kosong dekat persawahan dan dekat juga dengan pemukiman penduduk. Barangkali saja pada malam hari orang sering mendengar suara kodok saling bersahutan di situ. Maklum tempatnya di dekat persawahan. Akan tetapi, seperti apa asal-usul nama itu, saya tak tahu dengan pasti.
Benar juga kata sahabat saya, pakaian yang dijual di pasar tersebut banyak yang berkualitas bagus. Buktinya, dua baju lengan panjang yang saya beli saat itu, cukup lama bisa dipakai. Bahkan, satu diantaranya kondisinya masih lumayan baik hingga saat ini, padahal sudah saya beli sekitar 10 Â tahun yang lalu!
Melongok Isi Almari Pakaian
Kali ini kita tidak akan membahas lebih lanjut tentang Pasar Kodok yang menjual pakaian bekas jenis  impor itu, melainkan saya ingin mengajak pembaca melongok  isi almari kita di rumah masing-masing. Bagaimana keadaannya?
Adakah isi almari kita dipenuhi dengan pakaian-pakaian lama yang tidak lagi kita pakai? Untuk memastikan pakaian itu tidak lagi terpakai, pertanyaannya adalah: apakah dalam 12 bulan terakhir pakaian yang tersimpan di almari tersebut tak pernah kita kenakan lagi?
Dan, pakaian itu menumpuk di almari, bahkan beberapa diantaranya sudah berubah kusam lantaran sudah lama dan terdampak oleh cuaca?
Begitulah yang sering terjadi. Banyak pakaian yang masih terlipat di dalam almari pakaian dan tak pernah tersentuh, apalagi dipakai. Kita biarkan menumpuk atau tergantung begitu saja di dalam almari.Â
Alhasil, almari kita pun segera menjadi penuh setelah menjejalinya lagi dengan pakaian-pakaian yang lebih baru belakangan. Tak ada lagi ruang kosong! Mungkin kita kurang peduli tentang keadaan ini sehingga membiarkannya begitu saja tersimpan.Â
Saya kira, ada baiknya pakaian-pakaian yang menumpuk itu diseleksi lagi, mana yang akan digunakan lagi dan mana yang tidak.
Tiga Kelompok Pakaian
Kita bisa memilah pakaian itu menjadi tiga kelompok.Â
Pertama, kelompok pakaian yang akan tetap dipakai dalam beraktivitas dalam keseharian. Pakaian di dalam kelompok ini disiapkan untuk dipergunakan lagi. Kalau warnanya sudah sedikit berubah, misalnya,  bisa dicuci bersih. Kendati merupakan pakaian lama, yang penting masih layak dipakai sehari-hari  di rumah.
Kedua, kelompok pakaian yang tidak kita pakai lagi tetapi masih utuh. Kelompok pakaian ini bisa kita berikan atau sumbangkan kepada orang lain yang membutuhkannya.Â
Kita bisa mengamati sekitar, adakah orang yang bisa kita berikan pakaian bekas yang kondisinya masih baik ini. Di sekitar kita, saya yakin, masih banyak orang yang membutuhkannya.
Ketiga, kelompok pakaian yang sudah tak layak pakai. Mungkin karena warnanya yang sudah memudar, lusuh atau sudah robek di beberapa bagiannya. Untuk pakaian dengan kondisi seperti ini, Â dibuang saja. Tak usah menyimpan pakaian yang tidak layak pakai seperti itu karena hanya memenuhi almari.
Lebih Longgar dan Mudah Menatanya
Saya sudah pernah melakukan hal ini beberapa waktu yang lalu. Apa yang saya dapatkan? Terkumpul 3 tas kresek pakaian hanya dari satu almari. Satu tas kresek paling tidak menampung sepuluh potong pakaian.Â
Berarti ada sekitar tiga puluh potong pakaian yang tidak kami pakai lagi dan selama ini tersimpan memenuhi almari.
Akhirnya pakaian seperti itu saya berikan kepada orang lain. Beberapa yang sudah lusuh dan rusak warnanya, saya buang di tempat sampah.
Demikianlah, sebelum memutuskan untuk membeli pakaian lagi ada baiknya diperiksa terlebih dahulu isi almari kita. Adakah di situ tersimpan pakaian yang masih baik kondisinya tapi tak pernah kita pakai lagi?Â
Tidakkah lebih baik kita mencuci dan memakainya kembali saat berkegiatan sehari-hari?Â
Apakah kita benar-benar butuh membeli yang baru?
(Â I Ketut Suweca, 27 November 2020).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI