Menabung Kosakata
Ketiga, menabung kosakata. Jika ia ingin menulis dengan efektif dan menarik, maka seorang penulis mesti menabung kosakata. Kekayaan kosakata yang dia miliki memungkinnya untuk mengungkapkan gagasan-gagasan secara lebih detail, lebih menarik, dan lebih mudah dimengerti oleh pembaca. Tulisannya tidak menjadi kering-kerontang lantaran miskin perbendaharaan kata.
Dengan kekayaan kosakata, ia bisa menyusun tulisan dengan pilihan dan variasi kata (diksi) yang beragam dan menarik sehingga karya-karyanya semakin diminati pembaca. Untuk menambah perbendaharaan kata, lagi-lagi, dia harus rajin membaca.
Ia bisa membaca berbagai sumber bacaan, seperti buku, koran, majalah, dan internet. Ia bisa menikmati karya fiksi dan nonfiksi. Dengan pembacaan itu, ia akan bertemu dengan sejumlah kata-kata atau istilah baru, lalu mempelajarinya, dan bahkan menggunakannya dalam karyanya selaras dengan konteks.
Menabung Kecerdasan
Keempat, menabung (baca, mengasah) kecerdasan. Dengan terus menulis berarti seseorang sedang menabung kecerdasan. Eh, kok kecerdasan ditabung? Ya, benar!
Sebab, bersamaan dengan peningkatan pengetahuan dan kemampuan  sebagai seorang penulis, ia juga sedang meningkatkan kecerdasan berpikirnya. Betapa tidak! Setiap saat ia terlatih untuk merenungkan, menganalisa, mengkaji, mempertimbangankan, atau apa pun istilahnya tentang berbagai hal selaras dengan tuntutan kebutuhannya sebagai penulis.
Seorang penulis harus berpikir logis, sistematis, dan kritis dalam berkarya. Ia mesti memilih dan memilah bahan-bahan tulisan yang diperolehnya. Kegiatan seperti ini akan menambah kecerdasannya.
Menabung Kedisiplinan
Kelima, menabung mental disiplin dan konsistensi. Kebiasaan menulis secara rutin dan berkesinambungan akan membawanya pada kebiasaan bekerja secara disiplin dan konsisten.