Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Connecting" dan "Sharing" di Kompasiana, Masih Perlukah?

26 Oktober 2020   05:17 Diperbarui: 26 Oktober 2020   05:24 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Persahabatan (Sumber gambar: freepik.com)

Mumpung masih dalam suasana hari ulang tahun ke-12 kompasiana, ijinkan saya mempertanyakan keberadaan kita di sini, di blog kompasiana. Pertanyaan simpelnya: masihkah kita merasa perlu bersahabat dan berbagi?

Persahabatan Itu

Materi tentang koneksitas alias persahabatan di dunia maya dan motivasi berbagi melalui platform ini sudah banyak dibahas sebelumnya. Sekarang saatnya kita melakukan evaluasi lebih intensif.

Pertama, persahabatan (connecting). Di kompasiana kita, pada umumnya, sudah menjalin koneksitas yang luas. Tak hanya dengan para kompasianer di dalam negeri dan para pengelola kompasiana, bahkan dengan kompasianer di banyak belahan dunia.

Ada banyak diaspora Indonesia di luar negeri yang rajin menulis di kompasiana dengan memperkenalkan wilayah dan budaya setempat. Mbak Hennie Triana, Mbak Gaganawati Stegmann, Mbak Derby Ismaningrum, dan Mbak Weedy Koshino, untuk menunjuk beberapa contoh saja.

Persahabatan antarkompasianer sudah terpupuk sejak lama. Cara  yang biasa dilakukan adalah dengan saling mengunjungi (blogwalking). Tidak sekadar membaca artikel di lapak sahabat, bahkan juga memberikan vote atau nilai serta membubuhkan komentar.

Sungguh menyenangkan untuk saling mengunjungi dan memberikan apresiasi di kolom komentar. Hal ini merupakan bentuk perhatian sekaligus penyemangat. Dan, inilah yang mempererat hubungan persahabatan kendati pun sebagian besar di antaranya hanya "bertemu" di dunia maya.

Sekadar contoh, saya belum mengenal secara langsung Pak Tjiptadinata Effendi, Bunda Roselina, Mbak Nita Kris Noer, dan  Mbak Yana Haudy.

Saya juga berlum pernah bertemu dengan Pak Johanis Malingkas, Pak  Irwan Rinaldi Sikumbang, Pak Felix Tani, Pak Kris Banarto, Pak Rudy Gunawan, dan Pak Katedrarajawen, dan Pak Budi Susilo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun