Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kompasiana Membuat Saya Selalu Berpikir dan Terus Mengasah Kemampuan Menulis

5 Oktober 2020   17:56 Diperbarui: 5 Oktober 2020   19:45 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seperti menari ( dok.pribadi).

Kompasiana sudah demikian dekat dengan kita, para kompasianer. Saking dekatnya dan sering bertemu, mungkin kita sudah jatuh cinta padanya. Bagaimana tidak jatuh cinta? Sehari tanpa bersua dengan kompasiana, kita sudah merasa rindu. Benar nggak sih?

Bagi sebagian penulis di sini, kompasiana adalah "sesuatu banget." Ya, sesuatu banget! Dikatakan demikian, karena ia memberikan kebermanfaatan yang cukup banyak kepada para kompasianer. Manfaat yang pasti dirasakan oleh kompasianer yang rajin menulis di platform bersama ini.

Saya mengemukakan dua manfaat saja untuk tulisan kali ini. Pertama, keharusan berpikir; dan yang kedua, keharusan mengasah kemampuan menulis. Kedua hal itulah yang akan kita lihat lebih jauh.

Mengasah Kemampuan Berpikir

Pertama, keharusan berpikir. Menulis bukan sekadar pekerjaan tangan, melainkan terutama pekerjaan dan kemampuan berpikir. Entah apa jadinya kalau menulis hanya menggunakan keterampilan tangan yang mengetik tanpa memakai pikiran. Mungkin nggak ya?

Karena harus menulis, maka kita harus berpikir. Kalau mau menulis setiap hari, ya, berpikir tentang topik yang hendak ditulis setiap hari juga. Begitulah yang saya lakukan. Setiap hari selalu berpikir atau merenungkan apa topik atau judul yang saya bisa siapkan untuk mengisi lapak ini.

Jangan membayangkan saya berpikir keras untuk hal yang satu ini. Cukup berpikir ringan dan santai saja. Tidak ngoyo. Tidak juga saya menyediakan waktu khusus untuk berpikir atau merenung mencari ide, apalagi mesti bertapa, misalnya, he he he. Berpikir sambil mengerjakan tugas lainnya pun masih bisa.

Sebentar kemudian, eh, sudah muncul sebuah ide menarik. Sudah ketemu topik yang pantas ditulis sehingga bergegas saya catat agar tak kabur. Dengan mencatatkannya, saya sudah mengikat ide itu sehingga ia tak bisa lari ke mana-mana.

Setelah menurunkan ke dalam bentuk tulisan dan meng-upload-nya, pikiran sudah plong untuk beberapa saat. Tak lama kemudian, berpikir lagi, apalagi ya topik yang akan saya tulis untuk artikel berikutnya? Begitu dan begitu terus.

Untungnya, sekali lagi, untungnya, saya diberkati Tuhan dengan ide-ide yang mengalir lancar ke ruang pikir dan rasa, seperti para kompasiner lain alami juga, sehingga saya bisa menulis secara berkesinambungan.

Topik yang saya dapatkan pun bermacam-macam. Yang terbanyak adalah tentang dunia tulis-menulis, selanjutnya tentang perkenalan dengan isi buku, lalu tentang serba-serbi dunia karier, lalu tentang tanaman, dan sesekali tentang seni dan budaya.

Mengasah Kemampuan Menulis

Kedua, mengasah kemampuan menulis. Kalau di atas saya sebutkan bahwa saya harus berpikir untuk mendapatkan judul atau topik tulisan, maka untuk merealisasikannya saya harus menulis dan menulis.

Setiap hari? Terkadang tidak juga sih. Bisa setiap hari, bisa dua atau tiga hari sekali saya menulis di sini. Hal ini sangat tergantung pada waktu yang tersedia dan faktor lainnya, termasuk perlunya santai sejenak, he he he.

Dengan mewajibkan diri menulis secara kontinu, maka mau tak mau, saya harus menulis dan menulis. Saya mesti merangkai kata secara terus-menerus seperti juga yang dilakukan olah para kompasianer aktif. Dengan demikian, saya berkesempatan untuk mengasah kemampuan menulis melalui praktik secara kontinu.

Kompasiana benar-benar menjadi tempat untuk mengasah kemampuan menulis. Dengan secara terus-menerus berpraktik menulis, saya yakin kualitas karya tulis kita akan semakin baik.

Pisau saja kalau sering diasah akan semakin tajam, apalagi otak manusia. Oleh karena itu, mari kita jadikan praktik menulis di sini sebagai ajang untuk mencapai peningkatan kualitas karya tulis kita.

Lama-kelamaan, tanpa kita sadari kemampuan menulis kita menjadi lebih baik bahkan jauh lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Seperti penari yang piawai menggerakkan mata, tangan, kaki, dan bahkan seluruh tubuh mewujudkan ekspresi jiwa, penulis yang rajin semakin lama akan semakin menguasai seni "menari" dengan kata-kata.

Seperti menari ( dok.pribadi).
Seperti menari ( dok.pribadi).
Seandainya saya, dan kita semua, tak bertemu dengan wadah kompasiana, mungkinkah kita akan tetap tergerak menulis secara terus-menerus sehingga menghasilkan puluhan, ratusan, bahkan ribuan artikel?

Selalu Bersyukur

Oleh karena itu, saya bersyukur dipertemukan oleh Tuhan dengan platform kompasiana.  Saya bersyukur diberikan kemampuan untuk terus berpikir dalam rangka menghadirkan gagasan demi gagasan hampir setiap hari yang tertuang ke dalam berbagai artikel.

Saya juga bersyukur dijumpakan dengan demikian banyak kompasianer baik hati yang senantiasa memberikan dukungan dan siap sedia merentangkan tali persahabatan dan saling menguatkan. 

Terima kasih semuanya.

 ( I Ketut Suweca, 5 Oktober 2020).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun