Kritik dan pujian. Dua hal itu yang acapkali dilontarkan dalam berkomunikasi, sebagai bentuk penyampaian pesan. Lantas, bagaimana seyogianya menyampaikan pujian dan kritik tersebut?
Mari kita bahas lebih lanjut. Kita mulai dengan membahas tentang kritik dan seni pengemasannya dan dilanjutkan mengenai pujian dan cara menyampaikannya.
Menyampaikan Kritik
Untuk mencapai keberhasilan dalam berkomunikasi, kritik menjadi sesuatu yang kurang dianjurkan untuk diterapkan. Mengapa? Karena, pada dasarnya semua manusia tidak suka dikritik. Sekali lagi, tidak suka dikritik!
Kalau mau jujur, adakah di antara kita yang suka dikritik oleh orang lain atas setiap perkataan dan tindakan kita?Â
Pembelaan diri, kemarahan, dan hubungan yang tidak sehat sering timbul karena dan berawal dari kritik.
Setiap kali kita membuat karya ilmiah, pada kata pengantar, kita mempersilakan pembaca untuk memberikan kritik. Tapi, ada embel-embelnya: kritik yang konstruktif.
Belum jelas benar apa yang dimaksud dengan kritik yang konstruktif itu. Mungkin, ya, kritik yang bersifat membangun, menyempurnakan, bukan sekadar kritik. Bukan kritik yang destruktif, yang menjebol atau merusak.
Tidak Direkomendasikan
Ahli komunikasi terkemuka, Dr. Dale Carnegie, sama sekali tidak merekomendasikan untuk melontarkan kritik. Ia menggunakan istilah yang unik dan filosofis, "jika ingin mendapatkan madunya, jangan rusak sarang lebahnya." Maknanya, jika ingin hubungan tetap terjalin dan mendapatkan kebermanfaatan bersama atas hubungan tersebut, janganlah hendaknya saling mengkritik.