Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kalau Orangtua"Berduet" dengan Google, Begini Hasil Akhirnya!

26 September 2020   17:24 Diperbarui: 26 September 2020   22:19 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belajar di rumah (sumber gambar: testingmom.com)

Zaman sudah banyak sekali berubah. Dulu, ketika saya masih anak-anak, mesin pencari yang bernama google belum tersedia. Untuk mendapatkan informasi tertulis hanya buku, majalah, dan koran menjadi sumbernya.

Saat itu, sulit mendapatkan informasi yang cepat, lengkap, dan mudah diakses. Diperlukan usaha keras untuk memperolehnya, itu pun sangat terbatas hasilnya.

Mesin Pencari yang Canggih

Lain dulu, lain pula sekarang. Pada masa kini informasi bertebaran di mana-mana. Google sebagai mesin pencari senantiasa siap membantu.

Ia bisa bekerja untuk kita asal kita memiliki perangkat yang berkesesuaian, koneksi internet, dan memasukkan kata kunci (keyword) yang tepat. Hanya dengan duduk dan memainkan jemari di atas keybord laptop atau handphone, hasilnya segera muncul.

Segala informasi dengan sangat mudah kita dapatkan. Apalagi yang tidak tersedia? Google sudah demikian canggih sehingga bisa memfasilitasi kebutuhan kita dalam mengakses dan mendapatkan informasi apapun.

Kisah Kelahiran Google

Google diciptakan memang untuk membantu memudahkan user mencari informasi. Jika kita telusuri sedikit riwayat pendiriannya, mesin pencari ini didirikan oleh Larry Page dan Sergey Brin yang saat itu sedang mengambil S3 di Stanford University, Amerika Serikat.

Misi google adalah mengumpulkan informasi dunia dan membuatnya dapat diakses dan bermanfaat bagi semua orang. Misi yang luar biasa besar, saya pikir.

Apa yang terjadi kemudian? Ternyata kedua pendiri ini berhasil mewujudkan misi bersama mereka dengan mengkhususkan diri pada jasa dan produk internet. Yang dilayaninya meliputi teknologi pencarian, komputasi web., perangkat lunak, dan periklanan daring.

Dengan layanan itu, google menjadi perusahaan yang multinasional yang sangat dicari oleh hampir semua orang. Google memang luar biasa canggih.

Akan tetapi, haruslah diingat temuan besar itu tidak hadir dengan sendirinya atau tiba-tiba jatuh dari langit. Ia adalah hasil cipta dan karya manusia. Manusialah yang membuatnya, dengan segala daya dan upaya.

Google tidak dikembangkan dan dioperasikan oleh satu-dua orang, tentu. Ia terwujud dan dioperasikan oleh Tim besar yang memiliki sumberdaya yang kompeten di bidangnya.

Kompetensi, sinergitas, dan soliditas Tim dengan leadership yang mumpuni merupakan syarat pokok bagi terwujudkan dan bekerjanya google. Di samping itu, untuk bisa diakses, Google pun terdapat jutaan tim di luar yang memiliki website dengan berbagai jenisnya. 

Nah, kalau demikian, adakah yang lebih hebat dibanding google? Apakah orangtua bisa menyainginya? Nggak-lah, pastinya. Mana ada ada orangtua yang pengetahuaannya secanggih, seluas, selebar, dan sedalam google. Orangtua pasti kalah canggih dibanding google dalam memberikan informasi kepada anak-anak.

Kasih Sayang dan Pendidikan Budi Pekerti

Ada yang tidak bisa diberikan google kepada anak-anak kita. Ada hal mendasar yang tak bisa diberikannya.  Apakah itu? Kasih sayang! Ya, kasih sayang.

Bisakah google memberikan belaian lembut kepada anak-anak dari hati yang tulus dan penuh kasih?

Bisakah google menguatkan hati anak-anak ketika mereka kecewa atau bersedih?

Bisakah google memberikan pujian atau kontrol kepada anak-anak sehingga mereka tumbuh-kembang dengan baik, seimbang lahir dan batin? Jawabannya, tidak!

Hanya, manusia, khususnya orangtua -- dan pendidik, tentu saja, yang bisa memberikan kasih sayang itu, termasuk pendidikan budi pekerti.

Orangtua dan para pendidik memberikan pendidikan etika kepada anak-anak, misalnya, bagaimana menghormati orangtua dan guru, menghargai orang lain, hidup bertoleransi, dan mengasihi sesama, juga taat menjalankan ibadah dan ajaran agama.

Semua hal ini menjadi penting, karena yang dibutuhkan manusia tidak melulu kecerdasan intelektual dengan pengetahuan yang luas dan canggih. Bahkan,bahkan juga kasih sayang dan bekal budi pekerti yang baik.

Maka, plihannya adalah orangtua dan google harus "berduet"memberntuk kecerdasan intelektual dan budi pekerti anak. 

( I Ketut Suweca, 26 September 2020).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun