Mau contoh tentang kekuatan fokus menulis? Mari kita perhatikan ketiga senior kompasiana yang saya sebut di atas. Beliau sudah menulis lebih dari 5.000 artikel! Bagaimana bisa? Apalagi kalau bukan karena kekuatan fokus mereka pada aktivitas menulis. Kalau mereka tidak memfokuskan diri untuk secara konsisten menulis, tak bakal terlampaui angka sebanyak itu.
Fokus itu, saya kira, tidak melulu berhubungan dengan jumlah tulisan. Bukan hanya menyangkut pada berapa banyak tulisan yang kita hasilkan. Bahkan, juga menyangkut kualitas tulisan. Kekuatan fokus tak hanya meningkatkan kuantitas, bahkan juga kualitas hasil karya.
Apa yang saya maksud dengan fokus dalam kaitannya dengan kualitas tulisan? Tiada lain, dengan kekuatan fokus itu, kualitas artikel yang kita hasilkan mengalami peningkatan secara terus-menerus.
Jika tidak terjadi peningkatan kualitas, kemungkinan besar kita belum benar-benar fokus melakukannya. Pada umumnya, praktik dan praktik menulis secara berkesinambungan akan mampu meningkatkan kualitas karya kita.
Tapi, ada tapinya, he he he. Asalkan kita belajar dari pengalaman. Istilah kerennya learning by doing atau belajar dengan mengerjakannya.
Bagaimana melihat perkembangan kualitas itu? Caranya mudah, bandingkan saja isi tulisan dua-tiga tahun lalu dengan konten yang sekarang. Jika kita tiba-tiba tertawa geli plus sedikit malu sendiri dengan konten dan bahasa tulisan yang dulu tetapi merasa senang dengan konten tulisan kita kini, itu pertanda ada peningkatan kualitas.
Hati-hati dengan Godaan!
Hal selanjutnya yang berkaitan pula dengan sikap bodo amat adalah sikap kita terhadap godaan yang muncul sewaktu-waktu. Nah, selama perjalanan sebagai penulis, akan ada saja godaan yang membisiki.
Sayangnya godaan itu  bukannya menguatkan tekad kita untuk menulis, melainkan menyuruh kita berhenti! Ya, ya, namanya juga godaan pastilah tak hendak mendukung melainkan mengkili-kili hati kita untuk berpaling.
Misalnya, di dalam benak muncul godaan seperti ini: untuk apa juga saya terus menulis, toh tak mendapatkan apa-apa. Atau, saya menulis di sini hanya membuang-buang waktu, lebih baik saya mengerjakan kegiatan lain yang lebih memberi hasil.
Atau lagi, dengan menulis di sini ternyata saya sudah mengurangi pergaulan dengan lingkungan. Saya jadi kuper dan hanya berteman dengan kesunyian.