Dulu, penjor dibuat sangat sederhana. Beberapa unsur pokok saja yang diutamakan. Namun, beberapa tahun belakangan ini, berkat kreativitas masyarakat yang meningkat, penjor menjadi sebuah karya seni karena semakin banyak hiasan yang menyertainya tanpa meninggalkan hal-hal pokok yang mesti ada.
Penjor sakral dibuat dan dipasang pada hari Raya Galungan dan Kuningan seperti sekarang. Penjor jenis ini juga dipasang ketika ada upacara (piodalan, bahasa Bali) di seluruh Pura yang ada di Bali.
Nah, jika Anda saat-saat Hari Raya Galungan seperti sekarang ini berkunjung ke Bali akan sangat mudah menemukan penjor. Di dekat pintu masuk rumah warga di kiri-kanan jalan akan bisa dilihat penjor tersebut berderet-deret seperti pagar betis. Suasananya pun menjadi sangat meriah, indah, sakral, dan unik sekaligus.
Mewujudkan Rasa Bakti
Bambu yang melengkung adalah gambaran dari gunung tertinggi sebagai tempat yang suci. Kelengkapan penjor yang terdiri dari kelapa, pisang, tebu, dan kain adalah wakil dari semua tumbuh-tumbuhan dan benda sandang-pangan, yang dikaruniai oleh Tuhan.
Tuhan telah menciptakan alam semesta dengan segala isinya untuk dimanfaatkan dalam kehidupan. Maka, menjadi kewajiban sebagai manusia untuk bersyukur atas semua karuniaNya, yang salah satunya ditunjukkan melalui perwujudan penjor ini.
Demikian dulu ya, sahabat. Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan.
(I Ketut Suweca, 14 September 2020).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H