Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Kulkul", Media Komunikasi Tradisional Masyarakat Bali, Bagaimana Keberadaannya Kini?

5 September 2020   20:58 Diperbarui: 7 September 2020   19:32 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: flickr.com/photos/bewishbalitours

Sumber gambar:flickr.com 

Pembaca pernah mendengar dari seseorang atau membaca di media tentang Kulkul Pusaka (pajenengan, bahasa Bali) di Puri Klungkung berbunyi tanpa ada orang yang menabuhnya?

Percaya tak percaya, kulkul di Bale Kulkul di Puri Klungkung berbunyi sendiri secara gaib pada tanggal 24 Maret 2020, malam hari.

Anggota masyarakat yang kebetulan mendengar suara kulkul itu merasa terkejut dan terhenyak. 

Konon, jika pajenengan di Puri Klungkung itu bersuara sendiri, seperti pernah terjadi sebelumnya, adalah  pertanda akan ada marabahaya sehingga masyarakat harus waspada. Ini adalah soal keyakinan.

Banyak media yang melaporkan tentang kejadian ini yang bisa diakses dengan mudah. 

Mendefinisikan Kulkul
Apakah sebetulnya kulkul itu? Kulkul (kentongan, bahasa Jawa) pada dasarnya adalah media komunikasi tradisional masyarakat Bali. Kulkul yang terbuat dari bambu atau kayu berbentu bulat memanjang.

Kulkul bambu tentu ukurannya kecil, seukuran bambu yang dipergunakan sebagai bahan. Biasanya yang memakai bahan bambu dan berukuran kecil ini dibuat dengan memanfaatkan keterampilan biasa tanpa upacara apapun yang menyertainya.

Kulkul bambu ini banyak digantung di kubu (dangau) tengah sawah. Kalau sedang mengusir burung, kulkul inilah yang dipukul dengan tempo rancak sehingga suaranya jadi ramai dan menakutkan burung-burung yang hendak berlabuh di padi para petani.

Berbeda halnya dengan kulkul yang berukuran besar sepelukan kedua tangan. Panjangnya sekitar satu sampai dua meter. Kulkul jenis ini dibuat melalui proses yang panjang oleh mereka yang mumpuni, lengkap dengan ritual yang menyertainya.  

Kulkul terbuat dari kayu tertentu seperti kayu nangka (artocarpus heterophyllus) atau kayu jati (kayu teges, bahasa Bali) dengan lubang yang dibuat memanjang di satu sisinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun