Sumber gambar: dok. pribadi
Saya baru saja tiba di rumah. Hari ini banyak tugas kantor yang mesti diselesaikan. Melakukan teleconference untuk sebuah acara, menjadi juru bicara perkembangan covid-19, juga menyetor nilai ujian mahasiswa ke kampus tempat saya mengajar. Cukup melelahkan, tetapi beryukur semuanya berjalan lancar.
Buku Creative Writing
Anak sulung saya memberi kabar baik. Ia bilang  melalui whats app, buku yang saya pesan sudah sampai di rumah. Maka, begitu tiba di rumah, saya langsung cek di atas meja belajar. Eh benar, sudah ada kiriman buku berwarna kuning, judulnya Creative Writing. Buku ini ditulis oleh A.S. Laksana, diterbitkan Penerbit Banana. Buku ini saya beli lantaran ada seorang sahabat kita di kompasiana yang membahas isi buku tersebut. Merasa penasaran dan tertarik, saya pun memesannya.
Bukan maksud saya membahas buku ini sekarang. Apalagi saya baru saja mulai membuka-buka buku itu. Belum serius membacanya. Kalau sudah membacanya secara komplet, barulah akan saya kabarkan isinya kepada para sahabat di sini. Sekarang cukup mengabarkan mengenai kedatangan buku yang saya pesan secara online tersebut.
Artikel Pak Fery. W
Oh ya, baru saja saya berselancar di kompasiana untuk beberapa saat. Banyak artikel bagus karya para sahabat  dengan  konten yang menarik, bermanfaat, dan bahkan menginspirasi. Saya baca -- dan seperti biasa, saya komentari secukupnya sebagai bukti bahwa saya hadir di postingan teman-teman.
Salah satu artikel yang membuat saya tercenung adalah karya Pak Fery. W. Beliau menulis tentang seorang penerima beasiswa LPDP, Veronica Koman, yang mengelak ketika diminta mengembalikan beasiswanya selama studi S2-nya di Program Master of Laws di Australia National University . Ia diminta mengembalikan biaya studi yang bersumber dari LPDP karena yang bersangkutan tidak kembali  ke Indonesia.Â
Seperti ditulis Pak Fery. W, wanita bernama Veronica itu malah mengatakan bahwa itulah cara pemerintah untuk menekan dirinya agar tak lagi menyuarakan dan mengadvokasi hak asasi manusia di tanah Papua. Â
"Veronica menganggap hal tersebut hanyalah akal-akalan dari Pemerintah Indonesia untuk menekan dirinya agar berhenti berbicara dan memberikan advokasi terhadap masyarakat Papua," tulis beliau.
Lebih lanjut tentang hal ini saya anjurkan para sahabat yang belum membaca postingan tersebut bisa lihat langsung di tulisan Bapak Fery. W yang berjudul Beasiswa LPDP dan Veronica Koman, Siapa Tak Beretika?