Sudah sebulan terakhir kendaraan saya kotor. Mencucinya di rumah saja belumlah cukup. Ada bagian-bagian yang tak terjangkau, misalnya bagian bawah dan bagian dalam karena ketiadaan peralatan yang memadai. Nah, saya pun membawa kendaraan ke tempat cucian mobil.
Burung Kenari yang Cantik
Beruntung pelanggan masih belum banyak yang datang sehingga begitu sampai kendaraan langsung diarahkan ke tempat cuci. Saya pun duduk menunggu beberapa saat. Seperti biasa, jika tidak terlalu repot, si pemilik usaha pencucian ini --sebut saja namanya Pak Chiek, akan menyapa saya sejenak sebelum memimpin "pasukan"-nya untuk bekerja keras melayani pelanggan.
Karena baru saya saja pelanggan yang hadir, maka dia memiliki waktu untuk ngobrol. Kami pun berbicara ngalor-ngidul, dimulai dari kesukaannya memelihara burung kenari yang suaranya merdu dan tampilannya yang cantik. Maklum saja ia memelihara beberapa ekor burung tersebut dan terdengar sedang bersenandung, entah apa judul lagunya.
Tak hanya tentang burung, kami pun berbincang tentang pelanggannya dan tentang  karyawan yang dipekerjakan di tempat pencucian mobilnya.
"Pak, kok tumben sepi ya?" kata saya memulai.
"Sejak ada Covid-19, sedikit orang datang, Pak," jawabnya. "Bahkan merosot cukup tajam. Seperti hari inilah. Tetap  ada, satu-satu, tapi tak seramai dulu."
"Terus, bagaimana dengan karyawan Bapak, apakah ada yang dirumahkan?" saya tanya lagi.
"Kalau diberhentikan, saya merasa kasihan Pak, mereka kerja apa nantinya, apalagi dalam ekonomi yang sangat sulit seperti ini," jelasnya yang saya respon dengan anggukan.
Yang Terpenting Mereka Jujur
Rupanya Pak Chiek tak sampai hati memberhentikan karyawan yang berjumlah 14 orang itu. Ia memilih bertahan dalam kondisi sulit ini. Bahkan, dia merasa senang karena karyawannya betah dan rajin bekerja. Lagi pula, ia merasa mereka baik-baik saja.