Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berbagi Pengalaman Menulis dalam Program "Sharing Time" Pro 2 RRI

29 Juli 2020   05:25 Diperbarui: 29 Juli 2020   09:43 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: dok. pribadi

Ide yang Mandek di Tengah Jalan

Tibalah kemudian pada pertanyaan-pertanyaan yang diajukan para pendengar, baik yang disampaikan melalui telepon maupun melalui what app. Sekadar menyebut tiga dari sejumlah pertanyaan itu, yaitu berapa lama membuat sebuah buku? Lalu, bagaimana jika ide mandek atau macet di tengah jalan? Selanjutnya, di tengah dunia perbukuan yang suram karena kurangnya minat baca, mengapa saya konsisten menulis?

Pertanyaan-pertanyaan itu sungguh menarik. Soal lama waktu yang dibutuhkan untuk menulis sebuah buku, misalnya, saya jawab tergantung pada ketebalan buku yang disusun dan ketersediaan waktu kita untuk menggarapnya.

Sebagai ilustrasi, sebuah buku yang berketebalan sedang, katakanlah 180-200 halaman, dapat saya selesaikan dalam waktu 6 bulan di sela-sela kesibukan mengerjakan tugas utama.

Terhadap pertanyaan bagaimana mengatasi gagasan yang tiba-tiba mandek, saya jawab, agar penulis mengambil waktu jeda. Saya katakan, jangan memaksakan diri menulis jika tengah mandek di tengah-tengah kegiatan menulis. Ambil waktu istirahat sejenak. Misalnya dengan berolahraga, berkebun, tidur, dan sebagainya. Yang penting saat jeda itu pikiran dibiarkan fresh.

Biarlah pikiran rileks, se-rileks mungkin untuk beberapa saat. Nah, setelah merasa segar lagi, baru lanjutkan menulis. Begitu penjelasan saya atas pertanyaan tersebut.

Akan tetapi, jika kemandekan menulis itu disebabkan ketiadaan atau kekurangan ide, maka harus diatasi dengan kebiasaan membaca. Maksudnya, penulis harus 'rakus' membaca buku, majalah, koran, dan sumber lainnya, termasuk 'membaca' lingkungan sekitar. Dengan cara  itu, maka inspirasi penulisan akan datang dengan sendirinya.

Kita membaca untuk bisa produktif menulis. Sebaliknya, kita menulis untuk mendorong diri sendiri aktif  membaca. Jadi, membaca dan menulis merupakan dua kegiatan yang saling menguatkan dan melengkapi.

Dunia Perbukuan yang Suram

Satu lagi pertanyaan dari pendengar yang cukup menarik adalah berkaitan dengan suramnya dunia perbukuan di Indonesia yang disebabkan rendahnya minat baca masyarakat Indonesia.

 Melalui what app yang disampaikan kepada penyiar, seorang pendengar bertanya, begini: "Di tengah-tengah suramnya dunia perbukuan di Indonesia karena rendahnya minat baca, mengapa Bapak justru bergerak di ranah itu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun