Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menghadapi Orang yang Tak Dikenal, Bagaimana Seharusnya Bersikap?

20 Juli 2020   20:08 Diperbarui: 25 Oktober 2022   15:17 1529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: dok. pribadi

Satu kisah lagi. Dikisahkan, seorang polisi memaksa turun dari mobil seorang perempuan yang melanggar lalu lintas lantaran lupa memberikan lampu sein ketika berpindah jalur. Sandra Bland, sang pengemudi itu, terlibat adu mulut dengan polisi yang menyetopnya.

"Karena tidak menyalakan lampu sein? Kamu melakukan ini semua karena saya tidak menyalakan lampu sein?," tanya Bland kepada polisi yang membentaknya lantaran tak mau turun dari mobilnya. 

Ia tak bersedia keluar dari mobilnya sampai akhirnya diancam oleh polisi dengan memperlihatkan senjata listrik kejut.

Karena dipandang melanggar lalu-lintas dan melawan petugas, akhirnya Bland ditangkap dan dipenjara. Apa yang terjadi selanjutnya? Tiga hari kemudian Bland kedapatan telah bunuh diri di dalam penjara Texas.

Kematian Bland mungkin bisa membuat kita merenung, ada apa dengan Bland dan si polisi serta suasana kebatinan mereka saat itu? 

Selaras dengan hal itu, jika kita saat ini bersedia mawas diri mengenai cara kita mendekati dan memahami orang tak dikenal, maka kemungkinan kasus bunuh diri seperti Bland tak akan terjadi.

Penyair Sylvia Plath Bunuh Diri

Kisah lain lagi. Dikisahkan, pada musim gugur 1962, penyair Amerika Sylvia Plath meninggalkan pondoknya di perdesaan Inggris dan menuju London. 

Suaminya, Ted Hughes, lari ke pelukan perempuan lain, meninggalkannya dengan dua anak kecil. Ia tinggal di sebuah apartemen di kawasan Primrose Hill, London. 

Ia berkabar kepada ibunya bahwa dia menulis dari London, ia begitu bahagia sehingga sampai tak kuasa bicara saking bahagianya.

Di tempatnya yang baru, Plath menulis pagi-pagi sementara anak-anaknya masih tidur. Produktivitasnya luar biasa. Pada Desember ia menyelesaikan satu kumpulan puisi, dan penerbitnya berkata kumpulan puisi itu seharusnya memenangkan Hadiah Pulitzer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun