"Ini Pak pesanannya," ujar pedagang sambil meletakkan makanan dan minuman yang kami pesan. Pedagang warung yang bermerek "Isabella" itu tersenyum kepada kami. Ia baru saja buka. Jadi, kami adalah pembeli pertamanya.
Bagi pedagang pasar tradisional di Bali, pembeli pertama yang juga menjadi pembayar pertama sangat disyukuri. Uang yang dibayarkan oleh pembeli pertama dikenal dengan sebutan penggarus. Penggarus itu menjadi semacam rasa syukur pedagang kepada Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa atas mulai terjualnya dagangannya, sekaligus berharap akan datang lagi pembeli-pembeli lainnya sehingga barang dagangan menjadi laris manis.Â
Ucapan pedagang begini: "garus ... garus... garus," sambil tangan kanannya bergerak menyentuh-nyentuhkan uang penggarus  tersebut di atas barang dagangannya. Jika Anda pergi ke pasar tradisional mana pun di Bali yang kebetulan juga menjadi pembeli pertama di lapak pedagang, Anda akan bisa menyaksikan "aksi" pedagang seperti itu.
Antara Sawah dan Laut
Kembali ke topik. Mengapa nama pantai ini disebut Segara Penimbangan? Karena, di sisi timur tempat kami berjalan kaki menapaki pantai terdapat sebuah pura yang cukup besar yang disebut dengan Pura Segara Penimbangan. Nama pantai ini rupanya diambilkan dari nama Pura tersebut agar mudah mengingatnya.
Pura ini tepat berada di pinggir laut, di depan Pura adalah laut dan di belakangnya areal persawahan yang luas dan hijau. Para petani menanam tembakau di samping bertanam padi. Jika kita melangkahkan kaki, maka di kiri-kanan kita akan didominasi oleh dua pemandangan nan asri, laut dan persawahan.
Karena lingkungannya masih sangat alami dan asri, maka banyak masyarakat kota Singaraja dan sekitarnya berolah raga di sini, menikmati udara yang masih segar, alami, dan sejuk disertai desiran angin pantai yang menyentuh lembut.
"Berapa semuanya Pak?" tanya anak saya kepada pedagang. "Semuanya Rp.49.000,- Dik," jawab pedagang ramah. Usai sarapan nasi bungkus berteman teh hangat manis, kami pun menyelesaikan kegiatan berolah raga ringan sekaligus menikmati kesantaian sejenak di pagi ini.
Tiba kembali di rumah, saya bergegas hidupkan laptop dan mulai menulis, melaporkan aktivitas pagi sebelum mulai membaca  buku baru itu.
( I Ketut Suweca, 18 Juli 2020