Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Buku, Melaluimu Aku Berguru

11 Juli 2020   08:40 Diperbarui: 11 Juli 2020   10:30 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru saja saya usai membaca artikel Mbak Ari Budiyanti. Tulisan beliau berjudul Membicarakan Tema Buku Membuat Saya Lupa Berhenti Berkata-kata. Artikel tersebut memaparkan kecintaan Mbak Ari terhadap buku, bahkan sejak belia. Karena orang tahu Mbak Ari menyukai buku, lalu banyak sahabatnya minta rekomendasi buku apa yang layak dibaca.

Melalui artikelnya yang enak dibaca itu, Mbak Ari --yang suka mengoleksi dan membaca buku, mendongeng serta menanam bunga ini, telah berhasil menggerakkan saya untuk menulis tema tentang kedekatan saya dengan buku. Sebelum lanjut, saya ingin berterima kasih kepada beliau yang sukses menginspirasi saya untuk menyusun artikel ini, sebuah tulisan sederhana melulu berdasarkan pengalaman.  

Saya dan Buku

Ketika masih anak-anak, saya sudah merasakan daya tarik buku demikian besarnya. Hanya sayang, saat SD, tak ada buku yang memadai. Di sekolah tidak ada perpustakaan selain beberapa buku-buku pelajaran sekolah. Mungkin sekolah tak memiliki cukup dana untuk membeli buku. Saat itu, buku bacaan seperti barang mewah yang sulit dicari dan tak terbeli.

Di rumah pun demikian. Saya, kakak, juga adik, hanya memiliki buku bacaan beberapa judul, semuanya tersimpan di dalam tas bersama buku tulis, pensil, penggaris, penghapus, dan lainnya. Di luar itu, di atas meja, tak ada buku-buku yang bisa dibaca.

Beranjak SMP dan SMA, saya pun mulai sering bepergian ke luar rumah, terutama untuk ke sekolah yang terletak di kota. Adakah buku di tingkat sekolah menengah? Ada, tapi tak seberapa juga. Buku-buku yang tersedia di sekolah hanyalah buku pelajaran, di luar itu jarang ada. Jika pun ada, hanya beberapa. Sedih! Lalu, apa daya?

Dengan bersepeda gayung, saya pun mulai merambah perpustakaan. Beruntung, antara rumah dan sekolah ada gedung perpustakaan yang untuk beberapa lamanya selalu menggoda saya untuk singgah.

Bagai gadis manis, perpustakaan itu selalu "tersenyum" kepada saya setiap kali saya melintas di depannya. Lalu, ia "memanggil-manggil" saya untuk bersedia bertandang. Siapa yang tak tergoda?

Dari membaca di gedung tua penuh buku itu saya sedikit mengenal dunia psikologi, termasuk teori Ivan Pavlov, tentang stimulus dan renspons yang dieksperimenkan pada anjing. Tentang hal ini, saya tak pernah lupa, he he.

Bersamaan dengan itu, saya mulai rajin ke toko buku untuk menikmati keindahan pemandangan dari tumpukan buku. Mau membeli? Tidaklah, karena saya tak pernah punya bekal untuk sanggup membeli buku. Kedatangan ke toko buku semata-mata untuk membaca, seperti saya ke perpustakaan.

Saya akan membaca satu-dua buku yang menarik perhatian lalu meletakkannya kembali di tempatnya. Demikian seterusnya setiap kali saya datang ke toko buku. Saya sudah sangat bersyukur bisa membaca buku secara berkesinambungan tanpa harus membeli buku-buku yang saya sukai itu.

Buku Best Seller

Saat kuliah, kebutuhan akan buku mulai menguat. Karena bekal yang diberikan orangtua terbatas dan saya pun berpenghasilan sangat kecil, maka satu-satunya sumberdaya yang saya manfaatkan memuaskan dahaga saya akan bacaan secara berlanjut adalah perpustakaan.

Kali ini saya menemukan tiga perpustakaan yang relatif  besar di kota. Ke sanalah saya bertandang setiap ada waktu. Saya datangi perpustakaan tersebut secara bergiliran. Ketika berada di dalam perpustakaan, saya sungguh-sungguh merasa "kaya." Suatu perasaan yang sangat menyenangkan dan aneh ya?

Saya masih ingat, ketika menyusun karya tulis akhir yang diwajibkan kampus, saya sering nongkrong di perpustakaan, mencari dan menemukan bahan pustaka sebagai referensi. Saya tidak selalu meminjam buku-buku itu untuk dibawa pulang melainkan dengan mengetik konten yang relevan berikut sumbernya di laptop yang saya bawa ke perpustakaan.

Baru setelah keadaan ekonomi membaik, saya bisa membawa pulang beberapa buku dari toko buku. Tak lagi hanya mengandalkan perpustakaan. Dalam setiap bulannya saya berusaha menyisihkan uang untuk membeli setidaknya 2 judul buku.

Di samping membeli buku untuk kepentingan mengajar, saya pilih terutama buku dengan topik yang menarik dan buku-buku best seller. Mengapa buku best seller? Kalau sebuah buku sudah menjadi buku terlaris, maka saya berkeyakinan isinya pasti berbobot.

Teman dalam Perjalanan

Hingga saat ini buku-buku itu masih tetap menjadi sahabat setia saya. Kalau bepergian ke luar daerah untuk beberapa lama, saya sering membawa buku di dalam tas, paling tidak satu buku bacaan. Pada saat ada waktu luang, saya akan membaca buku itu, entah itu di hotel, di ruang tunggu bandara, dan lainnya. Ini untuk mengisi waktu sekaligus mengurangi rasa bosan tatkala menunggu.

Pilihan lainnya saat menunggu di bandara, saya mencari ruang baca di sana, seperti saya temukan di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta. Di situ ada reading corner yang disediakan pihak bandara. Di tempat itulah saya temukan buku-buku yang tersusun rapi di rak, mengambil salah satu dan membacanya sejenak sambil menunggu panggilan berangkat.

Beruntung juga di sejumlah bandara ada toko buku. Ke sana pula saya sering mampir, melihat-lihat buku yang menarik yang kebanyakan berbahasa Inggris. Saya jarang membeli buku di situ karena, menurut saya, harganya relatif lebih mahal ketimbang harga buku yang sama di toko buku biasa.

Buku dan Guru

Lalu, pertanyaannya, mengapa saya demikian jatuh cinta pada buku? Salah satunya alasan saya  lantaran dari buku-buku itu saya temukan banyak guru. Saya, bahkan kita semua,  bisa belajar dari para guru hebat dari seluruh dunia! Buku-buku itu menghadirkan pemikiran para guru tepat di depan mata, guru-guru yang  pandai di bidangnya.

Saya bisa belajar dari para guru itu tentang apa saja yang saya mau. Misalnya, ingin belajar kepemimpinan, saya belajar dari guru seperti Warren Bennis, Burt Nannus, dan John C. Maxwell. Mau melengkapi pengetahuan ilmu komunikasi saya bisa belajar dari Dale Carnegie, Oh Su Hyang, dan Larry King. Mau tahu teori ekonomi, saya bisa belajar dari Samuelson, M.Yunus, dan Erani Yustika.

Tentang self improvement saya bisa belajar dari Brian Tracy dan Antony Robbin. Tentang ilmu jurnalistik dan menulis saya bisa belajar dari Rosihan Anwar dan Gorys Keraf, dan seterusnya.

Saya tak harus bertemu dengan mereka, para guru itu, cukup dengan membaca buku-buku mereka.  Buku, Melaluimu Aku Berguru!

(I Ketut Suweca, 11 Juli 2020).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun