Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjadi Orangtua Teladan bagi Anak-anak

20 Juni 2020   07:27 Diperbarui: 28 Juni 2020   06:57 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, mencetuskan semboyan tentang ilmu pendidikan sekaligus ilmu kepemimpinan. Beliau memiliki semboyan "ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani."  Semboyan ini menjadi klasik dan dipedomani hingga saat ini.

Ing Ngarsa Sung Tulada

Saya rasa apa yang disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara adalah intisari dari leadership dan pendidikan yang sesungguhnya. Bagaimana menjadi pemimpin yang di depan menjadi contoh, di tengah membangun prakarsa dan ide-ide, dan akhirnya memberikan kesempatan dan semangat kepada yang lebih muda untuk melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan.

Dalam artikel pendek ini, tak mungkin kita bisa menyelami konsep kepemimpinan Ki Hajar Dewantara yang demikian mendalam maknanya. Saya akan mengajak pembaca mengambil bagian kecil saja dari kepemimpinan orangtua di rumah, terutama yang berkaitan dengan aspek keteladanan, yang disebut oleh Ki Hadjar Dewantara sebagai "ing ngarsa sung tulada."

Membentuk Kepribadian Anak

Orangtua adalah orang yang paling sering berinteraksi dengan putra-putrinya. Sebagian besar waktu yang ada dimanfaatkan untuk interaksi itu. Interaksi itu antara lain, disadari atau tidak, telah turut membentuk karakter sang anak di samping faktor sekolah dan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, pengaruh orang tua terhadap kepribadian anak sangatlah besar. Seperti apa orang tuanya, seperti itu pulalah anaknya, demikian kata orang.

Untuk membentuk kepribadian yang baik pada anak, dapat dilakukan dengan pendidikan informal di dalam keluarga, dan salah satunya yang terpentingnya adalah faktor keteladanan. Orangtua dituntut untuk menjadi contoh (bukan sekadar memberi contoh) yang baik di mata anak-anaknya. Istilah "ing ngarsa sung tulada" mesti benar-benar diterapkan oleh orangtua di dalam lingkungan keluarga.

Beberapa Contoh

Orangtua yang perokok, misalnya, akan sulit mengingatkan anak-anak mereka untuk tidak merokok. Anak-anak yang sudah terlanjur juga menjadi perokok akan dengan mudah mengelak. "Bapak menyuruh saya tidak merokok, tapi Bapak sendiri merokok," mungkin seperti itu protes si anak ketika ayahandanya mengingatkan untuk berhenti merokok karena berbagai alasan kesehatan.

Selanjutnya dalam pembentukan kebiasaan membaca. Orangtua sering menyuruh, terkadang mungkin dengan membentak dan marah-marah agar si anak rajin belajar di rumah. Orangtua berharap agar anak tak terus-menerus menonton televisi atau bermain game di gadget.

Tetapi, orangtua sendiri tak pernah menciptakan suasana yang bisa merangsang minat anak-anak untuk belajar. Ia justru melakukan hal-hal yang bertentangan  dengan upaya untuk menciptakan suasana belajar, dengan menonton film misalnya. Anak pun, bukan mustahil, jadi ingin ikut menonton film. Cut Nyak Dien, pernah  mengatakan bahwa "tidak ada kemarahan yang begitu berpengaruh  seperti pengaruh dari teladan yang baik."

Berikutnya berkenaan dengan kebiasaan berucap. Keluarga benar-benar memengaruhi sikap anak ketika ia bergaul dengan lingkungan yang lebih luas. Pembentukan karakter dalam keluarga terbukti lagi di sini, dalam hal berkata-kata.

Jika di dalam keluarga ia terbiasa mendengar kata-kata kasar bahkan umpatan-umpatan dari orangtuanya, bukan tidak mungkin ia akan meniru dan hal ini akan terbawa ke luar. Apabila ia terbiasa mendengar dan terlatih dengan kata-kata yang sopan dan menjaga etika di rumah, hal ini juga akan terbawa-bawa ketika si anak bergaul di sekolah dan lingkungan sekitarnya.

Menyerahkan ke Pihak Sekolah

Banyak orang tua yang tak peduli betapa pentingnya pendidikan di dalam keluarga. Masalah pendidikan anak sepenuhnya dipandang sebagai tanggung jawab sekolah.

Jika anak menjadi orang yang tak sesuai keinginan atau harapan orangtua, itu dianggap semata-mata sebagai kesalahan pihak sekolah sebagai institusi yang bertugas mendidik. Padahal, pengaruh pendidikan informal di rumahlah sangat menentukan.

Orangtua tak cukup dengan berkata-kata harus begini atau harus begitu. Orang tua juga tak cukup dengan mengatakan tak boleh begini dan tak boleh begitu. Orangtua seyogianya bisa menunjukkan sikap dan perilaku yang patut diteladani oleh putra-putri mereka.

"Pengaruh suatu keteladanan yang baik jauh lebih bermanfaat daripada suatu teguran yang tajam," demikian nasihat Bapak Sri Sultan Hamengkubuwono VIII.

Mesti diingat dan disadari bahwa tindak keteladanan lebih "nyaring bunyi"-nya daripada kata-kata. Masih banyak orang tua yang belum menyadari hal ini sehingga dengan mudah menyalahkan pihak sekolah, anak,  atau orang lain. Mira W, novelis wanita Indonesia,menulis bahwa "mendidik anak bukan dengan segebung nasihat dan larangan. Tapi, dengan teladan dan penuh pengertian."

( I Ketut Suweca, 20 Juni 2020).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun