Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Intuisi, Bisakah Diandalkan dalam Mengambil Keputusan?

9 Juni 2020   20:16 Diperbarui: 10 Juni 2020   08:28 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: servantniagara.tumblr.com

Artikel saya sebelumnya yang berjudul Mau Tahu Bagaimana Cara Pikiran Bekerja? Silakan Baca (Buku) Ini! mendapat respons dari beberapa sahabat di kolom komentar. Salah satunya datang dari Mbak Nita Kris Noer, bu guru yang tulisannya selalu bergizi, enak, dan renyah dibaca.

"Intuisi apakah bisa diasah melalui teknik-teknik meditatif, Pak Ketut?
Terima kasih telah berbagi artikel inspiratif sekaligus menarik ini Pak," demikian Mbak Nita.

Lalu saya jawab tepat di bawah pertanyaan itu dengan mengatakan begini,"Saya yakin, sangat bisa, Mbak Nita. Meditasi yang berkesinambungan ditambah pengalaman akan membantu hadirnya intuisi ketika diperlukan. Kita praktikkan saja, dan mari lihat hasilnya."

Setelah menjawab pertanyaan itu, muncul gagasan untuk menulis topik ini lebih jauh guna melengkapi jawaban saya untuk Mbak Nita dan pembaca lainnya. Baiklah, kali ini saya akan jelaskan tentang intuisi, dimulai dari sebuah kisah nyata, pengertian intuisi, penguatan intuisi, pikiran bawah sadar, dan pengambilan keputusan.

Kisah Nyata

Dulu ketika saya berniat melanjutkan studi di strata dua dan strata tiga, selalu saya awali dengan bertanya kepada diri sendiri: apakah rencana saya melanjutkan pendidikan ini sudah tepat? Apakah saya bisa menjalani pendidikan itu sampai tuntas?

Saya memilih duduk di tempat yang khusus untuk meditasi relaksasi, tempat yang (sebisanya) bebas dari keriuhan suara sehingga saya bisa duduk hening setidaknya 30 menit. 

Saya kurangi penggunaan pikiran, bahkan menurunkan intensitas kerja pikiran seraya memberikan hati yang mengawal di depan. Saya hanya menikmati proses keluar-masuk nafas tanpa mengaturnya. Secara bertahap seluruh tubuh mulai terasa relaks. Santai dan pasrah. Saya buka hati sepenuh-penuhnya. Berserah kepada Tuhan.

Dalam hati saya bertanya kepada Tuhan, apakah rencana yang hendak saya lakukan tersebut sudah benar? Akan berhasilkah rencana itu dan apakah mendapat rakhmat-Nya? Saya ingin mendapat jawaban atas pertanyaan tersebut. Begitu saya lakukan terus-menerus selama 7 hari setiap malam. Selama tujuh hari itu saya mohonkan kiranya Tuhan berkenan memberikan petunjuk jalan yang terang.

Hingga hari terakhir saya mendapat jawaban bahwa apa yang saya niatkan bisa dilanjutkan. Tentu saya tidak mampu mendengar suara Tuhan, tapi saya hanya bisa mendengar suara hati sendiri yang saya yakini itu sebagai suara Tuhan "kecil" yang pasti ada di hati setiap insan.

Hati saya berkata, "Lanjutkanlah rencanamu, kamu pasti akan berhasil! Jalan akan terkuak untukmu."  Itulah kata hati yang saya ikuti, semacam intuisi yang menguatkan hati dari keraguan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun