Yang tak kalah pentingnya dalam menulis adalah kita selalu dituntut untuk terus berpikir. Berpikir adalah kerja otak. Dengan berpikir, otak terus difungsikan sehingga ia aktif dan bisa menunda kepikunan. Kita selalu berpikir untuk menemukan ide-ide baru untuk bisa disajikan berikut dan berikutnya lagi, tanpa henti. Jika tulisan kita sudah tayang, beberapa saat kemudian kita akan berpikir tentang topik apa lagi yang bisa ditulis untuk artikel selanjutnya. Menulis menjadi kegiatan kesinambungan.
Di samping itu, kita merasa "lebih hidup" dengan menulis karena setiap hari adalah tantangan untuk menulis apa. Karena seperti itu tantangannya, maka kita mau tak mau akan terus aktif dan kreatif menggali dan menemukan ide-ide baru melalui berbagai upaya.
Barangkali kita segera membaca buku-buku, baik yang lawas maupun yang baru. Mungkin juga kita akan berselancar di internet untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan terbaru. Kita pun menjadi lebih peka dengan "membaca" apa yang kita lihat di sekitar. Dengan segala upaya itu, kita menjadi benar-benar "lebih hidup."
Bermanfaat bagi Orang Lain
Satu hal yang tak bisa dilupakan adalah kebermanfaatan yang kita sumbangkan kepada masyarakat pembaca melalui karya tulis. Sebaik-baiknya hidup adalah hidup yang bermanfaat sebanyak-banyaknya bagi orang lain, bukan?
Nah, jika melalui kompasiana kita bisa bermanfat bagi orang lain, mengapa tidak kita teruskan "perjuangan" ini? Kita termasuk orang-orang yang beruntung bersua dengan kompasiana. Karena, melalui media milik kompas group ini kita bisa berkontribusi pemikiran dan pengalaman serta informasi untuk masyarakat luas dengan mudah. Saya kira, kita sudah memilih media yang tepat untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain, terlebih-lebih bagi kita yang merasa menulis sebagai passion.
Bagian terakhir tapi yang paling menyenangkan, bahwa dengan menulis di sini, kita mewujudklan kebutuhan kita untuk berprestasi, untuk pencapaian. Ada need of achievement sebagai manusia yang terpenuhi di sini. Bukankah kebutuhan untuk berprestasi merupakan hasrat semua orang sehingga dari situ orang mendapatkan perhatian, pengakuan, dan bahkan kebanggaan diri?
Menyenangkan sekali jika, misalnya, kita memperluas aksesibilitas karya, tak hanya melalui kompasiana, juga mengkoneksikannya dengan media lain sehingga tingkat keterbacaannya lebih luas dan kebermanfaatannya juga lebih jembar.
Terbitkan dalam Bentuk Buku
Jika kemudian kita putuskan menerbitkan kumpulan artikel di kompasiana ke dalam wujud buku, why not? Beberapa sahabat melakukan hal itu, dan saya termasuk di dalamnya. Motivasi pertama adalah untuk dokumentasikan karya. Dengan model karya tercetak kita bisa langsung melihat fisiknya sehari-hari dan memberikan rasa bangga dan senang bahwa kita sudah bisa menghasilkan sesuatu.
Motivasi kedua, seperti saya lakukan, buku itu bisa diberikan kepada orang lain dengan "pengganti ongkos cetak" seperlunya. Saya sendiri juga menyumbangkan sebagian buku untuk perpustakaan- kampus, perpustakaan pemerintah daerah, dan untuk perpustakaan sekolah. Kelak, jika sudah waktunya kita dipanggil "pulang", kita sudah berhasil meninggalkan warisan yang berharga bagi generasi penerus.