Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Pada Usia Berapakah Orang (Seyogianya) Menjadi Penulis?

28 Mei 2020   18:49 Diperbarui: 29 Mei 2020   11:54 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/517773288407666536/

"Saya terlalu muda untuk menjadi penulis. Belum memiliki pengetahuan yang cukup dan tanpa pengalaman."

"Saya sudah terlalu tua menjadi penulis. Sudah lewat waktu saya."

Itulah, antara lain, dua alasan mengapa orang akhirnya batal menulis. Ada yang memberikan alasan karena terlalu tua, ada pula yang berdalih terlalu muda untuk bisa menyandang predikat penulis. Kalau demikian, kapan sih  waktu yang tepat atau ideal untuk menulis dan menjadi penulis?

Menulis Sejak Usia 22 Tahun

Saya mulai menulis pada usia 22 tahun ketika tulisan pertama saya berhasil dimuat di koran nasional, Berita Yudha. Ketika itu mungkin saya belum memiliki pengetahuan yang cukup untuk menjadi penulis, tetapi toh saya memberanikan diri mengirim tulisan ke media mainstream. Dan, ketika naskah itu akhirnya dimuat, hati saya gembira bukan main. 

Sejak saat itu saya kecanduan menulis. Banyak koran yang saya jelajahi dan beberapa diantaranya sudi memuat artikel yang saya kirim. Diantaranya, Berita Yudha, Simponi, Swadesi, Nusa Tenggara, Tokoh, Bali Travel News, Bali Post, Bali Express, dan beberapa lagi lainnya sebelum bergabung dengan kompasiana. Ada pula 5 judul buku yang berhasil saya susun dalam beberapa tahun terakhir. Saya sangat bersyukur kepada Tuhan  atas semua ini.

Penulis Berusia Muda

Untuk menjawab pertanyaan pada usia berapa sebaiknya orang menjadi penulis, mari kita tengok dulu usia para penulis yang sudah terkenal, dimulai dari para penulis yang berusia muda. 

Pada awalnya barangkali kita menduga orang berusia belia itu tak mungkin bisa menjadi penulis, tapi kenyataannya bisa dan bahkan menghasilkan karya yang gemilang.

Pertama-tama saya ambil contoh penulis yang bernama Sir Thomas Wyatt yang berhasil meraih gelar MA di St. John's College, Cambridge, pada waktu berusia tujuh belas tahun, seperti disebutkan dalam buku Bagaimana Menjadi Penulis yang Sukses (1983). 

Sajak-sajak Wyatt dikutip banyak orang saat ia masih berstatus sebagai mahasiswa di kampus itu.

Lalu, Francis Beaumout, seorang anak luar biasa pada permulaan abad ke-17, telah menulis dua buah kisah tragedi ketika berusia dua belas tahun, dan sebelum mencapai usia dua puluh tahun, lakon-lakonnya telah dimainkan di London.

Selanjutnya ada John Milton mulai menulis sajak-sajaknya pada usia sepuluh tahun. Kendati ayahnya menghendaki dia menjadi seorang pendeta, tetapi sang ayah membimbingnya menjadi manusia jenius di dunia kesusasteraan.

Berikutnya, Abraham Cowley yang termasuk penyair pada abad ketujuh belas, ketika berusia sepuluh tahun karya-karyanya sudah sangat disukai jutaan orang. Kumpulan sajaknya yang pertama diterbitkan ketika ia berusia lima belas tahun.

Ada juga Alexander Pope yang pada waktu berusia dua belas tahun menulis sajak bertajuk  Solitude, salah satu sajaknya yang paling digemari pembaca. Ketika ia mencapai usia tujuh belas tahun, para ahli sastra pada awal abad ke-18 terpaksa mengakui dan memperkenankan dia masuk ke dalam kelompok mereka. Buku Pope lainnya yang terkenal berjudul Essay on Criticism.

Dari dalam negeri sendiri ada nama Fayanna Ailisha Daviany adalah seorang penulis cilik yang berbakat. Anak perempuan yang akrab disapa Fayanna ini bahkan sudah menerbitkan 42 judul buku pada usia 13 tahun. Ia menulis sejak berusia 7 tahun. Luar biasa, bukan?

Ada lagi sosok kreatif bernama Latisa Shafa Naraswari. Gadis cantik berumur 15 tahun ini sanggup membuat puisi dan prosa yang memesona tentang catatan kehidupannya. Uniknya, puisi dan prosa buatannya tersebut menggunakan bahasa Inggris.

Hebatnya lagi, pada usianya yang baru 15 tahun, Latisa sudah duduk di bangku kuliah semester satu di Unisadhuguna International College. Dari tangannya lahir buku berjudul Drifting Away.

Penulis yang Sudah Berumur

Mungkin kita akan terkejut setelah mengetahui sejumlah pengarang baru serius menjadi penulis dan menghasilkan karya pada usia tua, bahkan saat tubuhnya mulai renta. Walaupun fisik mungkin tak lagi kuat, namun ketajaman pikiran tak pernah kendor. Tetap tajam.

Pengarang terkemuka, W. Somerset Maugham, mulai menulis dalam usia delapan puluhan; Ernest Hemingway dalam usia enam puluhan, William Faulkner dalam umur enam puluhan.

Demikian juga George Bernard Shaw menciptakan karya-karya unggulnya pada waktu tubuhnya sudah menua, dan Winston Churchill walaupun lumpuh tetap mengerjakan membuat memoar hidupnya.

Yang lebih muda bisa dicontohkan Aminatta Forna sudah berusia 40-an saat merilis buku perdananya pada 2006 lalu. Buku tersebut berjudul Ancestor Stones. Sebagaimana ditulis dalam situs Gramedia.com, meski dirilis saat usia Aminatta tak lagi muda, buku tersebut mendapat sambutan positif dari pembacanya. Bahkan buku ini mengantarkan Aminatta Forna memenangkan Hurston-Wright Legacy Award untuk kategori buku debut fiksi terbaik.

Menulis di usia senja dibuktikan lagi oleh seorang perempuan Inggris bernama Anne Youngson, yang bermukim di Oxford. Meskipun baru merilis novel debutnya pada umur 70 tahun, namun karya itu langsung mendapatkan apresiasi luas dan masuk nominasi penghargaan sastra bergengsi.

Karyanya yang bertajuk Meet Me at The Museum yang mengantarnya pada kesuksesan besar. Pasalnya, karya ini masuk nominasi Costa Book Awards untuk kategori karya perdana terbaik.

Dari pengalaman para penulis di atas kita dapat mengetahui bahwa usia bukanlah penghalang untuk menjadi penulis. Entah usia belia atau usia tua renta, tetap saja bisa menulis dan menjadi penulis.

Penghargaan yang mengikuti atas karya-karya yang dihadirkan  bisa datang kapan saja. Yang terpenting adalah  niat menulis yang diwujudkan ke dalam hasil karya yang cemerlang.

( I Ketut Suweca, 28 Mei 2020).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun