Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Inilah Tips Menyiapkan Generasi Penerus dalam Organisasi, Integritaslah yang Paling Utama!

27 Mei 2020   10:19 Diperbarui: 27 Mei 2020   10:15 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pinterest/barry design

Kedua, berikan tugas yang menantang. Berikan tugas dengan tingkat kesulitan yang bertingkat. Pada awal-awal, beri dulu beberapa tugas yang relatif ringan yang diyakini mampu dikerjakannya dengan baik. Secara bertahap, berikan pekerjaan yang tingkat kesulitannya sedikit lebih tinggi. Bersamaan dengan itu, berikan panduan secukupnya.

Jika ia lolos dalam "test" ini, lanjutkan dengan memberikan tugas yang lebih sulit dan menantang dan lihatlah hasilnya. Berilah koreksi bila diperlukan.

Pemberian tugas yang tingkat kesulitannya meningkat secara bertahap ini dimaksudkan untuk mempersiapkan mental yang bersangkutan agar sanggup menerima tantangan pekerjaaan sekaligus memberinya kesempatan menjalani proses belajar.

Ketiga, libatkan dalam rapat dan diskusi. Pelibatan orang yang dikader dalam rapat dimaksudkan agar yang bersangkutan dapat mengikuti proses pengambilan keputusan dengan baik.

Dalam rapat atau diskusi, berikan kesempatan kepadanya untuk mengemukakan pendapat. Perhatikan bagaimana ia mengemukakan pendapat dan berikan masukan atau tanggapan terhadap ide-ide yang dikemukakan dengan baik untuk membantu menumbuhkan rasa percaya dirinya.

Keempat, berikan tugas mewakili organisasi. Sesekali jangan lupa tugaskan dia mengikuti rapat-rapat di luar mewakili organisasi, menyampaikan materi dalam seminar, sarasehan, FGD, dan sejenisnya.

Tapi, sebelum itu untuk beberapa kali di awal, mentoring yang bersangkutan  untuk melakukan persiapan dengan baik. Jangan dilepas begitu saja, terutama pada awal-awalnya. Dengan memberikan kesempatan ini, ia akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih mandiri dan berani tampil dan mau tak mau harus belajar.

Tanpa Integritas, Semua Tak Berarti

Kelima, integritaslah yang terpenting. Kendati ini hal terakhir yang kita bahas tapi sesungguhnya inilah yang terpenting. Inti dari integritas badalah kejujuran. Apakah si kader memilikinya? Kita bisa memantau dari proses interaksi selama ini, termasuk masukan yang kita dapatkan dari rekan sekerja atau dengan siapa ia bergaul.

Integritas lebih pada karakter. Terbentuk sudah sejak lama. Bung Hatta mengatakan, "Kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar,  kurang cakap dapat diperbaiki dengan pengalaman. Namun, tidak jujur itu sulit diperbaiki."

Maka, harus hati-hati menentukan apakah seseorang memiliki integritas atau tidak. Dan, cara mudah mengetes-nya secara terukur adalah dengan menggunakan uang. Kita bisa melihat bagaimana sikap dan perilakunya berkaitan dengan uang. Adakah keterbukaan atau kejujuran?  Jika ternyata ia tak jujur, batalkan saja proses kaderisasi itu.  Cari calon yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun