Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[Puisi] Mengenang Ayah

23 Mei 2020   21:21 Diperbarui: 23 Mei 2020   21:16 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/165577723771840600/

Ayah, teringat dulu ketika kita bekerja di sawah

Mengolah tanah, menanam benih, dan menyianginya

Mengisi air dan menjaganya agar tak melimpah ruah

Memotong padi dengan ani-ani sebagai tani sejati

Kuingat ketika dulu kita membuat pagar dari tanaman

Untuk batasi sawah dengan pekarangan

Engkau ajarkan aku mengikatkan tali erat-erat

Dengan totalitas semangat dan tenaga kuat

Aku ingat ketika dulu kita memelihara sapi

Pagi sabitkan rumput di pematang sawah

Sore gembalakan usai makan siang selepas sekolah

Ke tanah lapang dekat hutan bakau nan hijau

Berteman burung, belalang, dan kumbang-kumbang.

Aku ingat saat engkau ajarkanku menggerus tanah

Menyiram dengan air laut, menjemur, dan membalikkan tanah agar tak basah

Di bawah terik matahari yang menyengat kulit

Mengumpulkan dan menyaring di atas palung kayu besar memanjang

Mengintip air nan pekat menetes di bawah palung

Dan memasaknya dalam sibakan drum terbelah dua

Dengan api dari potongan kayu kering dan ranting-ranting

Menanti pagi sampai air pekat berubah menjadi garam

Lalu, memindahkannya ke dalam keranjang

Menunggu jemputan pembeli yang datang saban siang

Engkau ajarkan aku bekerja keras tak kenal lelah

Melatihku disiplin dengan pecut sapi terpilin

Menegurku karena baru mandi jauh lewat dari petang

Gemblengan keras yang kini telah berbuah manis

Semanis madu yang ayah ambil dari sarang lebah belakang rumah

Senikmat buah duwet, buni, dan jambu biji di pinggir sawah.

Engkau telah mengantarkanku sampai  di sini

Untuk terus merengkuh hari dengan berani

Sebelum bertemu senja langkahmu terhenti

Untuk penuhi panggilan Ilahi

Terima kasih, Ayah.

( I Ketut Suweca, 22 Mei 2020).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun