Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Dua Karakter Utama yang (Mesti) Dimiliki Penulis

7 Mei 2020   14:44 Diperbarui: 8 Mei 2020   08:59 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/768356386416941931/

Terdapat dua karakter utama yang harus dimiliki oleh seorang penulis. Kedua karakter ini menjadi modal dasar dalam menjalani aktivitas atau profesi sebagai penulis. Tanpa keduanya, seorang hanya akan muncul sebentar kemudian lenyap, emoh kembali lagi. Kedua karakter ini tak hanya diperlukan dalam dunia tulis-menulis bahkan dalam kehidupan pada umumnya.

Apakah kedua karakter itu? Pertama adalah kesabaran dan yang kedua adalah konsistensi. Mengapa kedua karakter itu sangat penting dan perlu dalam dunia tulis-menulis, bahkan menjadi dua sifat utama? Karena, dengan kedua karakter utama itulah seseorang akan meraih keberhasilan dalam dunia tulis-menulis.  

Perlunya Kesabaran

Menulis memerlukan kesabaran. Kesabaran sangat dibutuhkan, karena jika tidak, orang akan cepat frustrasi dan putus asa menjalaninya. Kalau sudah frustrasi, apalagi putus asa, maka ini pertanda bahwa karier di bidang ini akan segera berakhir.

Kapan kesabaran itu diperlukan? Baiklah, saya contohkan dari pengalaman pribadi. Ketika dulu saya menulis untuk koran, diperlukan kesabaran untuk membuat tulisan dan menunggu pemuatannya.

Pada saat membuat artikel, saya harus mengadakan riset kecil-kecilan guna memberi bobot pada karya. Ya, saya harus membaca buku atau yang relevan, merenungkannya secara mendalam, menyelipkan pandangan sendiri, dan menuliskannya dengan baik sehingga renyah dibaca dan perlu.

Selanjutnya setelah artikel terkirim, hari demi hari saya harus bersabar menunggu untuk bisa melihat tulisan saya terpampang di kolom opini koran tersebut. Dalam satu minggu, tulisan saya pun muncul. Kadang-kadang bisa lebih lama atau lebih pendek waktunya dari itu. Ketidakpastian dalam penantian saya alami.

Tidak jarang artikel yang saya kirim tidak dimuat. Dimasukkan ke dalam keranjang sampah oleh Redaksi. Di sini, lagi-lagi diperlukan kesabaran. Sabar menerima kenyataan bahwa kali ini tulisan saya belum berhasil dimuat. Dan, terus saja menulis tanpa putus.

Apa alasan sebuah tulisan tidak dimuat? Boleh jadi lantaran artikel yang saya buat kurang aktual, kurang memenuhi kedalaman isi atau timing-nya tidak tepat. Bukan tidak mungkin pula artikel tersebut menghadapi keterbatasan ruang. Dari redaksi koran Kompas saya pernah mendapatkan jawaban melalui e-mail bahwa artikel saya kirim tidak dimuat karena keterbatasan halaman.

Selanjutnya, setelah tulisan berhasil nampang di koran, saya harus bersabar menunggu honorarium, he he he. Honor menulis rata-rata memang kecil jumlahnya, tapi sungguh sangat menyenangkan menerimanya. Seakan-akan honor itu demikian besar nilainya, melebihi nilai jutaan yang diperoleh dari gaji. Ada perasaan senang sekaligus bangga karya kita dihargai, sekecil apa pun imbalannya.

Begitu juga pada saat kita bersama di kompasiana tercinta. Beberapa tulisan kita mungkin ada yang belum berhasil menjadi karya pilihan, headline, nilai tertinggi, dan seterusnya. Kita harus sabar menghadapi hal-hal seperti ini.

Terkadang mungkin kita merasa artikel yang kita buat dengan susah payah pantas mendapat headline, tapi kenyataannya tidak demikian. Yang kita harapkan menjadi nilai tertinggi, pada kenyataannya juga tidak terwujud. Yang kita harapkan mendapatkan banyak kunjungan dan komentar dari pembaca, tidak demikian kenyataannya.

Lalu, apa yang harus kita lakukan? Sekali lagi, kita harus bersabar. Ingatlah bahwa apa yang kita anggap bagus bahkan istimewa, belum tentu dinilai demikian oleh orang lain. Setiap orang memiliki penilaian yang berbeda-beda satu sama lain. Tak usahlah kita merasakan kecewa (berat) karenanya. Biasa sajalah dan terus menulis.

Konsistensi dalam Menulis

Di samping unsur kesabaran, aspek konsistensi tidak bisa ditinggalkan. Orang yang kurang sabar cenderung sulit mempertahankan konsistensi dalam hal apa pun. Dengan demikian, kesabaran adalah sahabat karib konsistensi.Keduanya saling mendukung, saling menguatkan.

Konsistensi dalam menulis, apa maksudnya? Konsistensi, menurut saya, tertuju pada upaya untuk secara terus-menerus menulis. Tidak ada kata putus asa dan tidak ada kata berhenti dalam dunia tulis-menulis.

Tanpa konsistensi, kita tak akan bisa mencapai kemajuan. Kuliah tanpa konsistensi dalam belajar mustahil akan mencapai gelar kesarjanaan. Si mahasiswa tidak berhasil mendapatkan ilmu yang diburu. Bekerja di kantor tanpa konsistensi mustahil bisa mencapai produktivitas yang bisa dihargai dan menunjang karier.  

Menulis pun demikian, sangat membutuhkan konsistensi. Di dalamnya ada kesediaan untuk menulis dan menulis secara berkesinambungan dengan penuh kesetiaan. Ada ketekunan yang tumbuh dari kesadaran sang diri. Ada rasa cinta yang mendasarinya. Ada panggilan jiwa yang menggerakkannya.

Jika kita mau menulis, ya, menulis saja. Kita berusaha menulis sebaik yang kita bisa. Jangan terlalu memusingkan pendapat atau penilaian orang terhadap karya kita. Tugas utama penulis adalah menulis. Menulis secara konsisten. 

Saya petikkan kalimat Anne Rice, demikian, "If you want to be a writer, write.  Write and write and write. If you stop, start again. Writing is what makes a writer, nothing more and nothing less."

Demikianlah sahabat semua, mari selalu bersabar menjalani proses ini. Juga, berusaha menjaga konsistensi dalam penulisan. Kedua hal itu merupakan modal utama untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas karya. Pada akhirnya akan terbukti bahwa hasil tak akan pernah mengkhianati usaha.

( I Ketut Suweca, 7 Mei 2020).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun