"Tapi, beliau sudah lama meninggal," ujarnya sambil menyebut alamat rumah Pak The Liang Gie.
Sebetulnya, ada niat saya untuk menyambangi  kediamannya, tapi karena sudah meninggal, ya, rencana itu saya batalkan.
Sejatinya saya tidak kenal langsung dengan Pak The Liang Gie. Tidak pernah sekali pun bertemu langsung. Saya sebut beliau sebagai guru karena saya belajar dari lembaga Akademi Kepengarangan yang beliau dirikan. Saya mengambil kursus menulis dari lembaga tersebut saat itu.
Beberapa buku beliau kirim kepada saya untuk dipelajari. Sejumlah tugas menulis secara mandiri harus saya kerjakan, dengan tulisan tangan. Istimewanya, koreksi atau tanggapan terhadap tulisan yang saya berbentuk tulisan tangan pula dari Pak The Liang Gie. Saya masih ingat, tulisan tangan beliau sangat rapi dan indah, seperti tulisan para guru zaman dulu.
Apa yang saya pelajari dari Bapak The Liang Gie? Banyak sekali  materi tentang tulis-menulis beliau berikan. Bahkan, beliau mengirimi saya beberapa buku-buku nyang sangat berguna secara gratis. Â
Terima kasih guru. Maafkan muridmu yang tak kunjung naik kelas ini, hiks..
 ( I Ketut Suweca, 27 April 2020).