Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Beginilah "Nasib" Para Pekerja Migran Indonesia Ketika Pulang ke Bali

24 April 2020   17:46 Diperbarui: 24 April 2020   18:49 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/292241463313051650/

Wabah covid-19 belum menunjukkan tanda-tanda akan surut.  Kendati pun ada kabar baik tentang kesembuhan sejumlah penderita, masih banyak juga tambahan mereka yang terpapar. Penanganan terus berlanjut oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan didukung oleh masyarakat.

Kepulangan Pekerja Migran Indonesia

Para Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang sebelumnya dengan tekun bekerja di negeri orang belakangan banyak yang pulang. Penyebabnya, karena di negeri yang mereka tempati dulu mengimbau warga negara asing untuk kembali ke negeri masing-masing, kendati pun mungkin hanya untuk sementara waktu.

Ada juga yang pulang karena dirumahkan, perusahaan tempatnya bekerja ditutup lantaran terpuruk akibat bencana covid-19. Selain itu, tidak kurang mereka memilih pulang kampung demi keamanan diri dan rindu keluarga.

Apapun latar belakang kepulangan mereka, yang jelas kini sebagian dari Pekerja Migran Indonesia sudah ada di Indonesia. Menjadi kewajiban negara atau pemerintah mengurus mereka dengan sebaik-baiknya. Pemerintah daerah pun sejak lebih dari sebulan terakhir ini bekerja keras mempersiapkan dan mengantisipasi segala sesuatu yang menyangkut kepulangan dan penanganan PMI.

Kewajiban Ikut Rapid Test

Pemeriksaan terhadap mereka yang pulang dimulai dari bandara. Ketika para PMI turun dari pesawat dan sebelum keluar dari bandara, mereka wajib di cek awal, dengan rapid test. Rapid test ini dimaksudkan untuk memprediksi apakah seseorang terinfeksi virus atau tidak. Kendati pun tidak seratus persen akurat, rapid test ini dikatakan sudah lumayan bagus untuk deteksi awal. Demikian juga diberlakukan bagi mereka yang melalui pelabuhan laut.

Nah, dari hasil rapid test itu akan dapat diketahui kemungkinan seseorang yang terpapar virus. Jika hasil rapid test-nya negatif, maka yang bersangkutan diperbolehkan pulang langsung ke daerah dari mana mereka berasal.

Akan tetapi, jika ternyata dari hasil rapid test positif, artinya menunjukkan tanda-tanda terinfeksi, maka yang bersangkutan akan diantarkan langsung ke rumah sakit yang ditentukan oleh pemerintah provinsi untuk menjalani pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut.

Dijemput Petugas dari Pemda

Bagaimana dengan mereka yang sudah dinyatakan negatif berdasarkan rapid test di bandara atau pelabuhan? Mereka boleh ke daerah masing-masing. Para PMI ini akan dijemput oleh pemerintah kabupaten/kota di wilayah provinsi tersebut.

Mengapa dijemput oleh petugas dari pemerintah daerah? Ini dimaksudkan untuk menghindari pertemuan dengan si penjemput dari pihak keluarga. Mengantisipasi masalah kesehatan. Jika petugas pemerintah menjemput, biasanya menggunakan bus.  Para sopir bus yang menjemput sudah diperlengkapi dengan alat pelindung diri (APD).

Sampai di daerah kabupaten/kota, mereka tak boleh langsung pulang ke rumah. Kendati mereka tidak memiliki gejala terpapar virus, tetap saja harus melakukan karantina selama 14 hari. Protap ini harus dilakukan dan diikuti oleh PMI.

Oleh pemerintah daerah kabupaten/kota setempat mereka diinapkan di hotel dengan memperhatikan jumlah orang pada setiap hotel, satu kamar hanya untuk satu orang. Ketika menginap di hotel, mereka diharuskan tetap memperhatikan physical distancing. Mereka harus menjaga jarak. Semua biaya menginap dan kebutuhan sehari-hari ditanggung oleh pemerintah daerah setempat.

Diantar Pulang ke Desa

Karena keterbatasan jumlah kamar di hotel, upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan memberi istirahat mereka di hotel selama dua hari saja. Selanjutnya, mereka diantar pulang kampung atau desa masing-masing. Untuk langsung pulang ke rumah? Belum.

Mereka harus menggenapi waktu untuk berada di dalam karantina selama 14 hari di desanya, mungkin di hotel atau villa yang ada di desa atau di sekolah-sekolah yang sudah dipersiapkan untuk ini dengan segala fasilitasnya. Selama di situ mereka di cek kesehatannya oleh petugas medis yang ditunjuk. Mereka diharuskan berdisiplin, terutama pada aspek physical distancing-nya.

Nah setelah 14 hari berlalu, mereka di-rapid test terakhir untuk memastikan kondisi PMI tetap sehat dan bebas covid-19. Setelah itu, mereka yang dinyatakan sehat, bisa pulang ke rumah masing-masing untuk bertemu dengan keluarga.

Hampir setiap hari, para PMI kembali ke daerah asal. Pemerintah daerah menjadi benar-benar sibuk dan mengerahkan semua energi untuk menangani hal ini. Memastikan agar kesehatan mereka baik-baik saja sehingga dapat diyakini tidak membawa masalah kesehatan ini nantinya ke rumah. Itulah sebabnya mereka diperiksa, dikarantina, dan dijaga secara ketat.

Upaya Preventif yang Sangat Diperlukan

Selama menjalani karantina, tentu para PMI sangat merindukan bertemu dengan anak-istri dan keluarga tercinta. Namun, karena keadaan dan demi kesehatan diri dan masyarakat secara keseluruhan, mereka harus siap dikarantina selama 14 hari.

Jika hal ini, misalnya, tidak dilakukan, bukan tidak mungkin akan membengkak jumlah masyarakat yang terpapar oleh virus covid-19 bawaan dari luar negeri karena imported case, siapa tahu? Apalagi ternyata bahwa virus ini tidak selalu menunjukkan gejala dan tidak terdeteksi oleh rapid test yang digunakan. Upaya preventif sangat diperlukan. Dan, itulah yang pada umumnya dilakukan pemerintah Bali bersama Kab./Kota di Bali.

Begitulah nasib Pekerja Migran Indonesia -- yang dikenal sebagai pahlawan devisa, saat ini. Mereka menjadi andalan keluarga. Dengan bekerja di luar negeri, apakah di kapal pesiar, di hotel, dan sebagainya, mereka bisa menghidupi diri sendiri dan keluarga yang ditinggalkan. Namun kini, karena pandemi covid-19 ini, mereka harus rela melepas semua itu demi kesehatan semua.

Tetap semangat Pekerja Migran Indonesia.

(I Ketut Suweca, 24 April 2020).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun