Salah satu "calon pasien" yang dengan segera harus ke rumah sakit adalah "Si Unyil." Â Tentu saja yang dimaksud bukan Si Unyil, boneka yang kerap muncul di televisi, yang berteman dengan Pak Raden, "si cepek" Pak Ogah, dan si Ucrit itu. Bukan. Ini sih "para bintang" dalam film yang disukai anak-anak dan pernah ditayang oleh TVRI.
Si Unyil yang saya maksud di sini adalah panggilan akrab seorang teman. Nama aslinya Mertayasan. Tak tahu kenapa ia lebih dikenal dengan nama Unyil daripada nama aslinya. Dia-nya sih oke-oke saja, sama sekali tak keberatan dipanggil demikian.
Mungkin lantaran  Unyil di film adalah anak yang baik hati dan sangat bersahabat. Mungkin pula lantaran tubuh Mertayasa yang kecil dan ramping dipandang mirip dengan si boneka itu, he he he.
Mau tahu kisahnya? Mari kita mulai. Â Unyil adalah salah seorang pegawai kontrak di sebuah instansi pemerintah. Menurut pengakuannya, sudah lebih dari lima tahun dia bekerja di pemerintahan.Â
Tugasnya sehari-hari adalah mengurus jaringan internet. Naik-turun tower dan melakukan pengecekan perangkat adalah bagian dari pekerjaannya.
Akan tetapi, karena Pemerintah  sedang menerapkan physical distancing, maka ia tidak diharuskan masuk kantor. Istilah kerennya ia wajib menerapkan work from home (WFH). Dan, WFH-nya pun ringan-ringan saja. "Hanya sesekali saja atasan saya memanggil untuk bisa datang ke kantor. Itu pun jika ada pekerjaan yang harus saya lakukan," akunya.
Membuat Masker untuk Biayai Hidup
Apa yang dilakukan Si Unyil, eh, Mertayasa, di rumah? Dasar orang kreatif, untuk mengisi waktu, ia, istri, dan ponakannya mulai membuat masker. "Daripada diam dan bengong, saya mencoba mengisi waktru dengan membuat masker untuk dijual.Â
Saya libatkan beberapa anggota keluarga. Saya bagi menjadi dua shift, pagi sampai siang bekerja dua orang, siang hingga petang dua orang juga," kata Unyil bersemangat.
Unyil mengaku, dalam sehari ia bisa menghasilkan 250 masker kain dengan harga jual enam  ribu rupiah per buah. Lalu, berapa penghasilannya dari membuat masker?Â
Dengan diplomatis ia menjawab, "Lumayan Pak. Dengan usaha ini kami sekeluarga bisa menambah penghasilan. Dua bulan lagi anak saya  tigabulanan. Uang untuk upacaranya, astungkara, sudah mencukupi dari hasil penjualan masker ini," katanya senang.