"Setiap kali Anda melangkah keluar pintu, tarik dagu Anda ke dalam, angkat kepala Anda tinggi-tinggi, dan penuhi paru-paru Anda; rasakan sinar matahari; sapa kawan-kawan Anda dengan senyuman, masukkan semangat dalam setiap jabat tangan..." (Dale Carnegie)
Istri saya baru saja datang dari pasar. Ia bilang, entah mengapa pasar selalu ramai belakangan ini. Di samping membeli kebutuhan lain, ia juga membeli pasar buah. Istri saya pun bertutur tentang pengalamannya seputar sikap pedagang saat berbelanja di pasar tradisional. Â Kurang-lebih seperti ini ceritanya mengenai pedagang buah.
 "Manis nggak Bu semangka ini? Anak saya yang kedua suka sekali dengan buah semangka. Syaratnya, semangka harus manis dan isinya berwarna kuning," kata istri saya memulai percakapan dengan pedagang.
"Manislah Bu, semanis dagangnya," balasnya sambil tersenyum.
Pedagang itu dengan sigap mengambil "contoh" semangka yang sudah dibukanya sedikit. Contoh itu dimaksudkan untuk meyakinkan pembeli sekaligus membuktikan bahwa semangka yang dijualnya boleh dicoba dengan mencicipi. Â Dalam bahasa Bali, contoh kecil untuk icip-icip dikenal dengan sebutan pintonan.
"Boleh cicip sedikit ya Bu? " tanya istri saya.
Pedagang pun menjawab dengan anggukan sambil tersenyum.
"Nggih. Boleh Bu. Silakan dicicipi," sambil kedua tangannya menyorongkan contoh tadi dekat ke istri saya untuk dicicipi.
"Kalau nggak cocok, boleh nggak beli ya Bu?" katanya istri saya memancing.
"Oh nggak apa-apa Bu. Jangan khawatir. Boleh. Biasalah  seperti ini. Yang namanya berdagang Bu," tambahnya.