Tiga Syarat Menjadi Penulis
Adakah rahasia yang belum tersingkap tentang dunia tulis-menulis? Saya kira tak ada lagi. Apa yang telah menjadi kebiasaan baik dari para penulis kondang dan hebat di masa silam, tinggal kita tiru, kita terapkan. Bahkan ada yang bilang bahwa  untuk mahir menulis hanya diperlukan tiga syarat sederhana. Apa itu? Pertama menulis, kedua menulis, dan ketiga menulis!
Jadi, bagaimana? Praktiklah yang terpenting. Percuma belajar banyak teori kalau tidak dipraktikkan. Percuma mengkhayal menjadi penulis jika tak kunjung menulis. Seperti orang yang ingin belajar berenang tapi tak berani terjun ke air, ya, sampai kapan pun tak bakal bisa menjadi perenang. Yang penting, praktik, praktik dan praktik menulis. Saya kira sahabat di kompasiana sepakat tentang hal ini. Praktik menulislah yang paling utama.
Untuk bisa praktik menulis, maka harus menyediakan waktu untuk menulis. Kendati banyak memiliki kesibukan, jika ada kemauan keras, maka akan selalu ada waktu untuk menulis, entah pagi, siang, sore, atau pun malam hari. Yang penting bisa menulis secara konsisten.
Nah, konsistensi inilah yang relatif sulit. Diperlukan upaya keras untuk merawat semangat menulis agar bisa menulis secara konsisten. Bagi saya, yang penting adalah tetap menulis, entah menulis setiap hari, setiap dua hari, dan seterusnya.
Yang terpenting adalah jangan pernah berhenti menulis. Mematikan mesin penulisan sebaiknya dihindari, apalagi dalam waktu lama. Menghidupkannya kembali menjadi sesuatu yang sulit dan memerlukan energi ekstra. Bukankah begitu?
(I Ketut Suweca, 11 April 2020).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H