Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Hati-Hati, Jangan Sampai Terjebak Berita Hoaks

10 April 2020   11:08 Diperbarui: 10 April 2020   11:29 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: yourmileagemayvary.net

Data pengguna internet tahun 2019 sebanyak 171, 17 juta jiwa atau 64, 8% dari jumlah penduduk Indonesia. Trend penambahan jumlah per tahun diperkirakan sebanyak 10 juta orang atau naik 10 persen lebih.

Hampir 50 persen pengguna internet adalah mereka berusia 18-34 tahun. Dan, perangkat yang dipakai paling banyak adalah  smartphone (44,16 persen).

Pengguna internet sebanyak 171, 17 juta jiwa itu berpotensi terpapar atau terjebak berita atau informasi bohong (hoax) yang tiada henti-hentinya merambah dunia maya. Sebuah data dari Kementerian Kominfo RI menyebutkan, hoax menyebar paling banyak dari media sosial, yaitu 92 persen lebih. Sedangkan issue hoax terbanyak secara berturut-turut adalah yang menyangkut masalah sosial politik, SARA, dan kesehatan.

Budaya Saling Berbagi

Pertanyaannya adalah, mengapa orang dengan mudah terjebak informasi atau berita hoax? Di mana akar masalahnya? Mari kita lihat penyebabnya.

Pertama, kita pada umumnya memiliki sifat suka berbagi. Apa yang kita ketahui atau dapatkan dengan segara kita bagikan kepada orang lain melalui media sosial seperti facebook, whatsapp, istagram, dan lainnya.

Kita terkadang ingin menjadi "orang nomor satu" yang membagikan suatu informasi dan berita kepada orang lain. Kebiasaan berbagi ini sejatinya sangat baik, tetapi jika tidak dilakukan secara selektif, maka bisa berakibat negatif terhadap diri sendiri dan orang lain.

Belum Bisa Bedakan Informasi Pribadi dan Publik

Kedua, banyak orang yang belum paham dengan informasi yang bersifat pribadi (private) dengan publik (umum). Artinya, ranah informasi publik dan pribadi tak dipahami dengan baik sehingga apapun informasi yang dibuat akan dibagikan begitu saja tanpa pertimbangan matang terlebih dahulu.

Beberapa kalangan suka membagikan kehidupan pribadi yang sesungguhnya tidak sepatutnya diketahui oleh orang lain. Tidak layak dikonsumsi publik.  Misalnya, remaja yang sedang kecewa atau marah dengan pacarnya, dengan serta-merta mengunggah luapan emosinya di facebook. Akhirnya, postingannya dipandang aneh dan lucu saja oleh pembaca.

Pembaca postingan itu mungkin akan geleng-geleng kepala sambil tersenyum. Mengunggah hal-hal yang bersifat pribadi sama saja seperti kata pepatah lama: menepuk air di dulang, terkena muka sendiri!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun