Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/210402613825749567/
Ada orang sukses dan ada pula orang yang gagal dalam hidupnya. Pertanyaan yang muncul, apa yang membedakan antara keduanya? Adakah ciri-ciri atau karakteristik orang-orang sukses itu sebagai kebalikan dari ciri-ciri orang gagal?
Nilai-nilai Sepanjang Zaman
Pertanyaan ini mungkin terasa klasik; sebuah pertanyaan yang selalu membutuhkan jawaban dalam rentang panjang kehidupan manusia. Para pemikir pada setiap zaman membuat  kristalisasi dari nilai-nilai yang dipungut dari zaman ke zaman.
Nilai-nilai itu telah teruji sepanjang zaman, bahkan diyakini akan menjadi nilai terdalam yang dipedomani sepanjang kehidupan manusia. Tidak hanya pada zaman dahulu, juga masa kini, dan bahkan pada masa depan.
Sebelum berbincang-bincang tentang karakter orang sukses, perlu dipahami terlebih dahulu apakah makna kesuksesan itu. Kesuksesan, oleh banyak kalangan diartikan sebagai tercapainya suatu target, tujuan, goal yang direncanakan. Jika tujuan yang diinginkan terwujud, orang disebut sukses.
Pemahaman tentang kesuksesan seperti itu tidak salah. Hanya saja, pencapaian satu tujuan tertentu bukanlah faktor tunggal penentu kesuksesan. Ini hanyalah salah satu tonggak perjalanan panjang seseorang. Sebab, kesuksesan itu harus diuji di sepanjang kehidupan manusia. Dia tidak finish di suatu titik dan selesai.
Inilah Karakteristik Orang Sukses
Berikut ini karakteristik orang sukses. Orang sukses mempedomani nilai-nilai ini dan meyakininya. Dan, jangan lupa, nilai tersebut saling melengkapi, tidak berdiri sendiri, dan  bersinergi membentuk pribadi yang mencirikan orang sukses.
Pertama, memiliki tujuan hidup. Tujuan hidup memberikan gambaran apa yang hendak dicapai, ke mana langkah menuju. Dengan tujuan hidup yang disusun secara tertulis, orang akan merasa memiliki pegangan untuk apa ia hadir di dunia. Mission sacre (misi suci) apa yang diberikan diusung untuk direalisasikan dalam hidupnya kini.
Kedua, mempunyai target. Memiliki tujuan hidup saja belumlah cukup. Masih diperlukan rincian-rinciannya ke dalam bentuk target-target antara secara tertulis yang mesti dibuat dan dipenuhi. Tujuan itu mustahil bisa dicapai dengan sekali rengkuh, melainkan secara bertahap, konsisten, dan memakan waktu sehingga memerlukan penetapan sejumlah target. Target-target itu menggambarkan  hal-hal apa yang akan dilakukan step by step guna merealisasikan tujuan.
Ketiga, tidak mudah menyerah. Orang yang sukses bukanlah orang yang lemah atau lembek dalam menghadapi masalah dan tantangan. Ia memilih berusaha dan berusaha terus-menerus. Jika gagal dan terjatuh, maka dia akan berusaha bangkit dan melangkah lagi. Ia akan mencoba sejumlah cara baru jika cara-cara sebelumnya tidak berhasil. Ia keras terhadap dirinya sendiri.
Keempat, konsistensi. Karena kesuksesan itu terbentuk sepanjang perjalanan, maka sikap konsisten sangat diperlukan. Betapa pun kesulitan menghadang di sepanjang perjalanan, orang sukses akan tetap berjuang untuk mencapai tujuannya. Dia tak hendak berpaling dari tujuannya. Ia benar-benar konsisten.
Kelima, berpikir positif. Pikiran positif menjadi pemandu orang sukses dalam mencapai tujuan. Ia mampu melihat segala sesuatu dan peristiwa yang terjadi dari sisi positif. Ia akan melihat kesulitan, halangan, tantangan yang dihadapi sebagai kesempatan untuk belajar dan penguatan diri. Ia paham bahwa suatu hasil sangat bergantung pada respons terhadap peristiwa atau kejadian. Â Ia memilih respons yang positif atas segala peristiwa. Dia tak hendak mengeluh dan menghindari kebiasaan menyalahkan orang lain. Ia jauh dari sikap cengeng.
Keenam, memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Orang sukses bukanlah orang yang mudah dipengaruhi oleh berbagai pendapat orang lain. Ia memang bersedia mendengar pendapat atau saran-saran orang lain, namun pada akhirnya dia memutuskan apa yang dikayininya sebagai hal yang terbaik disertai keyakinan penuh. Dengan begitu bukanlah berarti dia sombong atau menjadi overconfidence, melainkan orang yang menggunakan rasa dan logika dalam pengambilan keputusan.
Berpegangan pada Prinsip Kaizen
Ketujuh, berani melakukan perubahan. Orang sukses tak mudah merasa puas dengan apa yang dicapainya. Dia tak merasa cukup atau final dengan cara atau strategi pencapaiannya. Ia selalu berusaha untuk pencapaian yang lebih baik. Dia tak suka berlama-lama di zona nyaman. Prinsip perubahan sedikit demi sedikit dan terus menerus (kaizen, prinsip Jepang) menjadi pedomannya.
Kedelapan, selalu belajar. Mengingat zaman semakin maju dan persaingan semakin ketat, maka orang-orang yang berkarakter sukses tidak pernah berhenti belajar. Ia selalu rendah hati dengan kesediaan belajar. Tidak melulu belajar dari pengalaman sendiri, bahkan dari pengalaman orang lain, dari buku-buku, dari video pengembangan diri, dan banyak sumber lainnya. Termasuk di dalamnya, ia belajar memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi untuk mencapai tujuan. Ia tak pernah merasa terlalu pintar dan hebat sehingga emoh belajar untuk meningkatkan kompetensi diri.
Kesembilan, menjalin relasi. Relasi yang luas memungkinkan orang berkembang dan bertumbuh dengan baik. Menyadari bahwa untuk bisa maju dan berkembang, orang sukses membentuk jejaring relasi (networking) yang setiap anggotanya saling mendukung untuk hal-hal positif. Orang sukses percaya bahwa untuk bisa berhasil dalam hidup, karier, dan usaha, sangat dibutuhkan relasi yang luas; relasi yang saling dukung satu sama lain.
Orang Sukses Peduli Sesama
Kesepuluh, suka berbagi. Apakah orang sukses itu adalah manusia egois? Tidak! Mereka merupakan orang-orang yang peduli terhadap sesama. Mereka gemar berbagi. Hal ini bukan basa-basi, melainkan sangat nyata dalam kehidupan mereka.
Orang sukses berbagi dengan tulus, bukan dalam rangka pencitraan. Ia tergerak oleh hati nurani sendiri untuk membantu orang-orang yang memerlukan bantuan. Begitulah cara orang sukses mewujudkan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan dengan beramal kebaikan.
Pembaca, itulah sederet karakteristik orang-orang sukses. Adakah kita memiliki sebagian atau keseluruhan karakter tersebut? Â Kita semua masih dalam proses menjadi, menjadi lebih baik. Bukankah begitu?
(Â I Ketut Suweca, 3 April 2020).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H