Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/357262182939146031/
Sahabat kompasianer, saya hadir lagi mengisi kebersamaan kita. Pada artikel kali ini ijinkan saya mengajak pembaca untuk berbicara tentang "kesediaan berbuat lebih."Â Sengaja topik ini saya angkat untuk menjelaskan betapa pentingnya "berbuat lebih" itu dalam kehidupan dan untuk memberikan kontribusi nyata dan istimewa di mana pun kita berada. Â
Dalam banyak kasus, orang memilih mengerjakan segala sesuatu yang menjadi tugasnya seminimal mungkin, sesedikit mungkin. Mereka malas untuk berkontribusi melebihi dari tugas yang seharusnya. Banyak orang sudah merasa cukup dan bahkan sudah merasa puas dengan hanya berbuat minimal dalam bidang yang menjadi kewajibannya.
Mereka sekadar menjalankan tugas, mengisi hari-hari tanpa ada sesuatu yang bisa dibanggakan. Akibatnya, karier mereka tak kunjung beranjak naik lantaran emoh berkontribusi lebih. Orang-orang seperti ini sudah merasa cukup hanya dengan mengerjakan apa yang diharuskan, tidak lebih, tidak kurang!
Teladan dari Pak Hery
Saya memiliki seorang sahabat karib -- namanya Pak Hery yang, karena cara kerjanya, menjadikan dia menonjol di tempat kerja dibanding yang lain. Betapa tidak. Setiap kali atasan atau pimpinan memberi tugas, ia selalu mengerjakan dengan baik. Pertama-tama dia akan bertanya relatif detail tentang apa tugas yang dikerjakan, bagaimana mengerjakan, dan limit waktu pengerjaan. Setelah paham dengan ikhwal tugas yang diberikan itu, maka ia segera bekerja.
Yang saya kagumi pada Pak Hery adalah kesungguhannya dalam mengerjakan tugas. Ia akan mengerjakan tugas yang diberikan dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat. Kalaupun digoda untuk bersantai-santai toh cukup banyak waktu oleh teman kerjanya, ia memilih tetap suntuk mengerjakan tugas itu hingga tuntas.
"Saya tak mau menunda menyelesaikan pekerjaan. Jika saya tunda, maka akan ada pekerjaan lainnya yang menyusul. Menumpuk jadinya. Lagi pula, saya merasa terbebani jika tak menyelesaikan tugas lebih cepat," jelasnya.
Yang menarik lagi, Pak Hery tidak suka mengerjakan tugas apa pun sekadar selesai. Ia selalu berupaya agar tugas yang diberikan bisa selesai dengan kualitas terbaik yang dia bisa lakukan. Kualitas hasil kerja yang bagus telah menjadi komitmennya.
Tak melulu berpikir tentang kualitas, Pak Hery juga tak mau membuang-buang waktu hanya lantaran diberikan tenggat waktu mengerjakan relatif panjang. Dia berusaha mengerjakan tugas yang diberikan atasan dengan sebaik mungkin dan in time. Artinya, sebisa mungkin dia akan menyelesaikan tugasnya dalam jangka waktu lebih pendek dari yang ditargetkan. Kalau diberi waktu 3 hari, misalnya, Â Pak Hery akan berusaha menyelesaikan dalam waktu 2 hari.
Orang sekelas Pak Hery mungkin ada banyak, tetapi jauh lebih banyak lagi orang yang sekadar bekerja saja. Orang yang seperti Pak Hery-lah yang akan mendapatkan kesempatan luas dan terbuka untuk mencapai karier yang pesat. Di dalam organisasi, bukan mustahil  ia akan mampu meniti struktur organisasi hingga ke puncak. Di masyarakat pun ia akan menjadi orang yang bisa dipercaya dan andal. Jika sudah demikian, maka ia akan diterima dan dilibatkan dalam berbagai kegiatan penting, dan dari situ ia bisa menjamin kehidupannya.
Didorong Niat yang Tulus
Jika mau mendapatkan lebih, berilah lebih. Ini ungkapan yang tak terbantahkan. Namun, bukan semata-mata keinginan untuk mendapatkan lebih, orang seperti Pak Hery, lalu berkontribusi lebih. Bukan! Ia berbuat lebih karena didorong oleh niatnya yang tulus. Juga oleh tantangan pekerjaan, oleh niat untuk memberikan yang terbaik.  Dengan begitu ia merasa menjalani hidup  lebih bermakna.  Kalau dia mendapatkan lebih, itu hanyalah dampak dari perbuatan baiknya yang konsisten.