Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Akhirnya Saya Gunakan Saja Jurus "Menulis dengan Modal Nekat"

10 Maret 2020   21:52 Diperbarui: 27 Maret 2020   22:47 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/375417318931957510/

Semakin lama menulis, saya kian merasakan betapa sulitnya menulis yang baik. Bagaimana menulis secara logis masih menjadi persoalan. Bagaimana menulis dengan pilihan kata yang tepat, ternyata juga masih menjadi kendala bagi saya; dan bagaimana menggunakan ejaan yang benar, masih harus belajar.

Sejatinya sudah cukup lama saya menjalankan aktivitas tulis-menulis, bahkan sejak masih menjadi mahasiswa S1, dulu. Tetapi, hingga kini, setiap kali menulis, selalu saja ada persoalan-persoalan bagaimana mengekspresikan ide-ide secara tepat, tanpa bias sama sekali.

Berpikir Logis Itu Perlu

 Dalam menulis, kita dituntut logis. Paragraf yang kita bentuk harus berisikan satu gagasan utama. Kalimat-kalimatnya pun mesti saling dukung dan berkaitan satu sama lainnya. Istilahnya:  kesatuan dan kepaduan paragraf.

Persoalannya adalah acapkali ide-ide yang muncul saat menulis tidak runut, sehingga saya main tembak saja. Apalagi tidak menggunakan kerangka karangan (outline) untuk setiap artikel yang pendek. Apa gagasan yang muncul dari dalam benak, itulah yang saya tulis. Hasilnya, satu alinea bisa lebih dari satu gagasan utama.

Ketika melakukan penyuntingan belakangan, saya harus sering harus merombak paragraf lagi sehingga menjadi lebih logis dan sistematis. Pikiran yang melompat-lompat terbawa-bawa ke dalam tulisan dan merusak pakem sebuah paragraf. Inilah yang acapkali saya alami. Tetapi syukur, pada akhirnya bisa diperbaiki belakangan walau pun disesuaikan lagi agar lebih afdal.

Berkutat dengan Pilihan Kata

Di samping menyangkut soal pemikiran yang seringkali kurang logis dan sistematis, saya masih harus berkutat juga dengan pemilihan kata yang tepat (diksi). Kata-kata yang tepat adalah kata-kata yang mampu mewakili pikiran penulis. 

Kata-kata itu pada umumnya memiliki padanan. Ada sinonimnya. Akan tetapi, setiap kata tidak selalu cocok apabila diganti kata lain, kendati pun itu padanannya. Setiap kata harus dicermati maknanya dan dipasang sesuai dengan konteks.

Selanjutnya, saya kadang-kadang masih saja mengalami kesulitan di bidang yang satu ini: memilih kata yang paling tepat dan benar. Penulisan kata-kata "legalisir", "akomodir", "memproklamirkan", "hipotesa" ternyata keliru, yang benar adalah "legalisasi", " akomodasi", "memproklamasikan", dan "hipotesis" dalam bahasa tulis.

Akhirnya saya ambil langkah, apa pun kata-kata pertama yang muncul dalam pikiran, itulah yang saya tulis. Yang penting, sudah bisa mewakili pikiran, walaupun belum pas benar. Belakangan, saat penyuntingan, barulah saya berusaha menemukan kata yang lebih cocok ditempatkan di situ selaras dengan konteks-nya.

Di samping itu, saya harus lebih sering  memeriksa kaidah ejaan yang benar. Sebagaimana diketahui, ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu. 

Misalnya, kata-kata seperti "resiko", "metoda", "praktek", "karir" yang saya duga benar pengejaannya, ehh...  ternyata yang semua kata yang berasal dari kata-kata asing itu harus ditulis "risiko", "metode", "praktik", dan "karier."

Menulis dengan Modal Nekat

Banyak hal yang mesti dipelajari untuk bisa berbahasa tulis dengan lebih baik. Hal ini memerlukan waktu panjang. Menjadi sempurna dalam berbahasa adalah persoalan yang sulit. 

Daripada saya berdiam diri karena takut salah, lebih baik menulis dan menulis saja, kendatipun masih ada beberapa hal yang tidak tepat walaupun sudah diedit.

Intinya, prinsip "menulis dengan modal nekat" saya terapkan, seperti judul buku yang pernah saya tulis, dulu. Sementara itu, saya berusaha untuk memperbaiki kekurangan atau kesalahan dengan belajar dan belajar lagi bagaimana menggunakan bahasa tulis secara tepat.   

Sastrawan Sunaryono Basuki (alm.) pernah menuturkan bahwa beliau masih berkutat dengan teknik penulisan hingga usia 45 tahun. Saya yang sekarang berumur lebih tua dari itu, masih berurusan dengan bagaimana mengekspresikan ide-ide dengan baik tanpa menimbulkan bias di benak pembaca.

Beruntung kompasiana masih anteng menampung artikel-artikel saya walaupun masih banyak kekurangannya. Terima kasih kompasiana.

 ( I Ketut Suweca, 10 Maret 2020).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun