Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/439593613603007095/
Banyak pasangan terpaksa bubar berawal dari persoalan komunikasi. Salah satunya penyebabnya adalah komunikasi yang jarang dilakukan. Mungkin karena ketiadaan waktu karena kesibukan masing-masing. Suami dan/atau istri begitu datang dari kerja, merasa lelah, mandi, dan langsung tidur. Begitu berlanjut dari waktu ke waktu. Waktu untuk berbicara nyaris tidak ada.
Di samping ketiadaan atau langkanya waktu untuk berkomunikasi, yang penulis yakini menjadi penyebab munculnya malapetaka dalam rumah tangga terletak pada ini: kebiasaan mengkritik. Ya, wujudnya berupa saling menyudutkan dan menyalahkan pasangan. Segala sesuatu kesalahan dialamatkan kepada kesalahan pasangan, entah terhadap suami, entah terhadap istri.
Yang lebih banyak dilihat hanyalah kesalahan dan kekurangan pasangan. Kekurangan itu sebetulnya sangat manusiawi. Tak ada orang yang tak pernah berbuat salah. Tak ada seorang pun yang sempurna. Dan, ini harus disadari.
Komunikasi menjadi terhambat karena salah satu pihak atau bahkan kedua pihak lebih menonjolkan kekurangan pasangannya. Dan, kekurangan itulah yang menjadi sasaran kritik yang terus berlanjut. Akibatnya, terjadilah ketersinggungan. Emosi muncul. Ucapan yang tak pantas didengar pun bertebaran. Kalau sudah sering begini, keutuhan keluarga menjadi sangat rapuh.
Memuji Hal yang Baik pada Pasangan
Terkait dengan hal ini, ada baiknya kita berhenti membiasakan mengkritik istri atau suami, apalagi di depan orang lain. Tatkala sedang berdua pun, kalau harus mengkritik, kritik itu hendaknya disampaikan dengan hati-hati. Bagaimana mengemas kritik agar tak melukai perasaan, perlu dipikirkan. Dan, mesti dikemas dengan baik. Bukankah manusia lebih banyak dikendalikan oleh perasaan daripada pikiran?
Daripada melakukan pendekatan dengan belasan kritik, menurut saya, lebih baik berhenti mengkritik. Lakukan sebaliknya, berikan pujian terhadap setiap sikap dan perilaku positif yang dilakukan oleh pasangan. Misalnya, pujilah saat masakannya enak, pujilah saat ia tampil cantik dengan kalung baru di leher. Contoh lain, pujilah ketika si dia mengenakan dasi baru, pujilah ketika rambutnya disisir rapi, pujilah tatkala ia berhasil mendapatkan kenaikan jabatan, dan lainnya. Lakukanlah dengan tulus.
Pujian yang tulus mengantarkan kita pada komunikasi yang baik. Orang yang dipuji atas sesuatu atau perilaku yang dilakukannya dengan baik, cenderung akan meningkatkan perilakunya ke arah yang lebih positif. Tak hanya terfokus pada perilaku yang dipuji, bahkan perilaku lain pun cenderung membaik.
Pujian memancing perbaikan. Pujian menstimulasi perbuatan baik berikutnya. Maka, saran saya, ada baiknya kita memilih memuji hal-hal tertentu pada pasangan daripada melukai dengan kritikan atas segala kekurangan yang dimilikinya.
Diperlukan Pembiasaan Memuji