Saya beruntung mendapatkan kesempatan mengikuti bedah buku yang dilaksanakan sebuah lembaga pendidikan tinggi negeri di Bali.Â
Panitia menghubungi saya sebulan sebelumnya untuk saya bisa berpartisipasi dalam acara tersebut. Saya yang ditunjuk untuk memberikan pemaparan didampingi moderator Pak Agus Susilawan, M.Pd, orang dari dinas pendidikan setempat.
Membedah Dua Buku
Acara yang diselenggarakan di Gedung Sasana Budaya itu dimulai pukul 15.00 dan berakhir dua jam kemudian. Begitu saya datang 15 menit sebelum acara dimulai, para dosen dan mahasiswa sudah memenuhi gedung.Â
Sebagian tampak sibuk mempersiapkan acara. Paling tidak terdapat 100 orang mahasiswa dan dosen yang berbaur di situ. Saya pun menyelinap ke belakang panggung, berkomunikasi dengan panitia setempat untuk persiapan setting laptop dan LCD.
Tiba-tiba Pak Agus Susilawan, sang moderator, sudah ada di depan saya. Kami pun bersalaman dan ia menyatakan  senang ditunjuk menjadi moderator pada bedah buku itu.Â
Ada dua buku yang saya perkenalkan isinya kepada audiens, yakni buku "Subconscious Mind Writing" dan buku "Cacatan Suweca." Sekitar 15 menit masa persiapan sudah habis, dan dua orang pembaca acara muda yang cantik dan ganteng, mengantarkan acara bedah buku tersebut.
Saya dan Pak Agus Susilawan dipersilakan duduk di kursi size yang disediakan di atas panggung. Setelah diantarkan oleh MC, Pak Agus pun berdiri dan berbicara tentang acara itu dan memperkenalkan identitas saya secara sepintas. Pak Agus rupanya cakap berbicara di depan publik. Saya suka gaya dan caranya sebagai moderator. Setelah dipersilakan oleh Pak Agus, saya mulai memperkenalkan perjalanan aktivitas saya di bidang tulis-menulis, sekaligus kegemaran saya akan bacaan.
Berawal dari Kebiasaan Membaca
Cerita saya dimulai dari kebiasaan membaca, lalu bergerak ke penulisan. Di bidang tulis-menulis pun dimulai dari menulis di buku diary, lalu menulis artikel untuk koran/tabloid, sebelum kemudian berlanjut ke penulisan buku dengan menyebut beberapa buku yang berhasil saya selesaikan.Â
Saya melihat beberapa hadirin nampak matanya berbinar mendengarkan  celotehan saya. Untuk sesekali membangun suasana saya hadirkan ice breaking sederhana untuk membuat hadirin tetap semangat dan gembira.
Pada sesi tanya jawab, muncul beberapa pertanyaan, yang ternyata berasal dari mahasiswa yang saya sebut matanya berbinar tadi. Seorang mahasiswi bertutur bahwa dia suka menulis puisi dan novel, tapi tak tahu bagaimana cara mempublikasikannya sehingga bisa dinikmati banyak orang.Â
Lalu, saya menyarankan yang bersangkutan menulis di kompasiana.com, diawali dengan mendaftar dan menjadi anggota terverifikasi.
Ada juga pertanyaan mahasiswa begini: "Saya sebetulnya lumayan banyak punya ide, tapi cepat sekali hilang. Bagaimana caranya menangkap ide-ide itu?" Terhadap pertanyaan tersebut saya jawab dengan menyarankannya untuk mencatat setiap kali gagasan itu hadir. Dengan segera mencatat, ide itu tak akan kabur.
Ada lagi mahasiswa yang bertanya tentang bagaimana caranya memperkuat kemauan dan kebiasaan membaca. Terhadap pertanyaan ini, saya jawab dengan cara memeriksa tujuan membaca terlebih dahulu, antara lain yaitu untuk menambah pengetahuan/wawasan secara berkesinambungan.
"Dengan rajin membaca buku, minimal 2-3 buku yang berketebalan sedang setiap bulan, dalam waktu lima tahun akan terjadi perubahan yang signifikan pada diri pembaca buku.Â
Dan, perubahan ini yang membedakannya dengan orang lain yang tidak atau kurang suka membaca. Wawasan akan jauh lebih maju, kebijaksanaan hidup pun didapat," ujar saya memotivasi si penanya dan hadirin.
Pada bagian akhir pemaparan saya mengajak mahasiswa untuk lebih rajin membaca buku, mulai aktif dan lebih sering praktik menulis dan mengirimkan artikel ke media, juga praktik berbicara pada setiap ada kesempatan.Â
Karena, hanya dengan berlatih secara bersungguh-sungguh dan berkesinambungan, maka kemampuan di bidang menulis dan/atau berbicara pasti akan meningkat. "Teori itu penting, yang lebih penting adalah praktiknya," kata saya menutup pemaparan.
(I Ketut Suweca, 21 Desember 2019).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H