Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/503558802081845694/
"Ah, apa gunanya menyusun resolusi segala macam kalau tidak dilaksanakan. Lebih baik jalani saja hidup ini, biar bagai air mengalir saja. Yang bakal terjadi nanti, nanti sajalah dipikirkan. Ngapain ruwet-ruwet membuat rencana yang rumit, toh akhirnya hanya sebatas tulisan di atas kertas," demikian seloroh seorang sahabat ketika secara iseng penulis tanyakan tentang pentingnya menyusun resolusi. Ia mengaku sudah beberapa kali membuat rencana di akhir atau di awal tahun, ternyata sebagian besar tak terealisasi. Alasannya, perjalanan hidup manusia tak sepenuhnya bisa direncanakan. Sangat mungkin menyimpang dari apa yang sudah direncanakan. Jadi, membuat rencana itu percuma saja.
Urgensi Penyusunan Resolusi
Boleh juga argumen sahabat saya itu. Tapi, saya masih belum goyah dengan keyakinan bahwa resolusi yang berbentuk perubahan yang terencana itu tetap perlu. Bahwa menyusun rencana, termasuk target pencapaiannya sangatlah penting sebagai panduan dalam menjalani kehidupan. Lalu, seberapa urgen sih rencana itu?
Pertama, rencana itu akan menjadi panduan dalam menjalani kehidupan, minimal dalam waktu setahun. Dengan rencana yang disusun dengan cermat dan tersusun dengan baik, kita dapat memastikan tahapan-tahapan yang wajib dilakukan sampai hasil yang dikehendaki dapat terwujud. Rencana menjadi semacam pedoman dalam mencapai tingkat kehidupan yang lebih baik.
Kedua, rencana tertulis akan bisa menarik kita untuk mengikutinya, beda sekali kalau sama sekali tanpa rencana. Kalau kita sedikit saja menyimpang dari rencana, apakah itu berhubungan dengan kegiatan maupun yang terkait dengan waktu, kita bisa melirik rencana kerja tertulis yang sudah kita buat. Jadi, ada pengingat agar kita kembali ke rel semula.
Ketiga, dengan rencana, masa depan yang kita tuju sebagai sebentuk goal menjadi jelas dan terang. Ini memberikan semangat kepada kita untuk memperjuangkannya, untuk menjalaninya secara sungguh-sungguh. Bandingkan jika kita sama sekali tidak mempunyai pedoman apapun. Kalau kapal berlayar tanpa arah niscaya akan tersesat, bahkan bisa membentur karang, demikian diandaikan terhadap seseorang yang hidup tanpa rencana.
Keempat, dengan rencana, kita bisa mengukur tingkat capaian. Artinya, seberapa besar keberhasilan dalam merealisasi rencana dengan mudah bisa diukur. Tercapai atau tidak rencana itu? Jika tidak, apa penyebabnya? Bagaimana solusinya? Apakah rencana yang belum tercapai itu akan dimunculkan kembali di tahun berikutnya?
Kelima, dengan rencana, semua energi menjadi terarah, terfokus pada suatu tujuan. Sumber daya yang dimiliki -- uang, tenaga, waktu, pemikiran, dan sebagainya bisa diarahkan untuk merealisasi rencana itu. Dengan menerapkan fokus, maka tak ada sumber daya yang sia-sia. Seperti suryakanta, karena sinar yang terfokus bisa membakar kapas. Demikian pula dengan rencana dan sumberdaya yang fokus, bisa menuai kesuksesan.
Keenam, kalau rencana itu tercapai sebagian atau seluruhnya, akan muncul kepuasan batin atas capaian itu. Kepuasaan psikologis itu diharapkan dapat menjadi stimulus untuk pencapaian-pencapaian berikutnya. Keberhasilan merealisasi pada setiap tahapan rencana akan memompa semangat untuk berusaha lebih keras lagi dan lagi. Hidup pun terasa lebih menggairahkan.
Mengevaluasi dan Menyusun Rencana