Ketiga, tentang "rumput tetangga yang hijau." Orang sering melihat rumput tetangga seolah-olah lebih hijau. Nasib orang lain seakan-akan lebih baik daripada nasib kita. Padahal, jika kita tidak berhati-hati, tidak mempunyai informasi yang lengkap dan valid, jangan-jangan rumput tetangga yang kita lihat lebih hijau itu ternyata hanya fatamorgana semata. Seperti melihat gunung dari kejauhan, tampak indah dan halus, padahal kalau didekati ternyata curam, berbatu, berkerikil, dan berbahaya.
"Kita sering mendengarkan orang kaya atau orang yang dianggap sukses memberikan cerita atau sharing dalam sebuah kesempatan seminar atau gathering. Orang lain yang mendengar cerita itu melihat apa yang diceritakan itu sebagai sesuatu yang diidamkan," papar penulis (hal. 179). Tetapi, sebenarnya cerita itu hanyalah cuplikan sukses dari banyak kegagalan yang tidak terungkap sepanjang hidupnya.Â
Maka, jangan pernah kagum berlebihan terhadap orang lain. Apalagi di media sosial yang sering hanya memperlihatkan hal-hal yang bagus, yang wah, yang mengesankan. Padahal, kehidupan nyata manusia tidak melulu terdiri dari deretan keberhasilan, Â kemenangan, dan kesenangan, melainkan juga keterpurukan, kegagalan, dan kekalahan.
Buku setebal 208 Â ini ditulis dengan ringan, teknik berceritanya jelas dan sederhana, tetapi mengandung nilai-nilai kehidupan yang pantas dipedomani. Jika Anda tertarik membacanya, silakan temukan di Toko Gramedia terdekat. Â
( I Ketut Suweca, 15 Mei 2019).Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H